Jun 8, 2014

Dari Shinjuku sampai Kobe


Mojito

Hari sabtu, tanggal 7 Juni kemarin, saya dan beberapa teman sepakat untuk ngumpul sambil makan-makan dan (sedikit) minum-minum di Shinjuku. Hari itu salah satu kenalan kami di Akademi Kepolisian yang berasal dari Osaka, datang ke Tokyo untuk berpamitan. Ya, dia baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai polisi dan akan memulai karir baru sebagai pengajar di sebuah juku khusus untuk anak-anak Jepang di Jakarta. Awalnya kami semua sangat terkejut dengan keputusannya. Bayangkan, dia membuang kemapanan hidup sebagai polisi yang notabene adalah pegawai negeri dengan jaminan hidup aman tentram sampai akhir hayat untuk sebuah pekerjaan di negeri asing yang belum tentu cocok dengannya. Tapi yaaah, kita tidak tau hidup akan membawa kita kemana kan. Sebetulnya saya pun punya andil besar mendorong dia untuk mengambil keputusan ini ketika pertama kali dia datang untuk berkonsultasi kepada saya. Setelah bertugas selama setahun di Airport Kansai ia dipindah ke bagian Dalmas (Pengendalian Massa 機動隊ーkidoutai) mulai bulan April tahun ini. Bagian Dalmas bertugas menjaga ketika terjadi demo dan sebagainya, dan dia merasa frustasi berada di situ tanpa bisa menggunakan bahasa Indonesia yang dipelajarinya selama dua tahun penuh dan memutuskan untuk mencari pekerjaan lain. Aaaah tapi saya tau kok, sebenarnya ada alasan lain di balik itu, hehehhe... Apalagi kalau bukan demi seorang wanita, heheheh... Ya sudahlah, saya tidak mau membicarakan persoalan pribadinya di sini. 

Karena sudah masuk musim hujan, kemarin pun hujan deras seharian. Tapi meskipun begitu saya tetap semangat 45 dong, namanya juga pergi makan-makan dan bertemu dengan teman yang sudah lama tidak saya temui. Pertama kami bertiga pergi ke tempat minum di Omoide Yokocho yang terletak persis di sebelah stasiun Shinjuku West Exit. Omoide Yokocho ini berupa sebuah gang sempit yang dipenuhi dengan tempat makan/minum sake di kiri kanannya. Saking sempitnya orang Jepang biasa menyebut tempat ini shouben yokocho yang artinya gang tempat buang air kecil! Semua warung menjual sake dan minuman keras lain meskipun makanannya bervariasi. Ada yang hanya menjual ramen. Ada yang hanya menjual yakitori (sate), ada juga yang menjual berbagai makanan Jepang yang bisa dijadikan teman minum sake. Kami pun segera masuk ke salah satu warung yang ada di sana. Saya lupa namanya tapi yang jelas warung ini meski terdiri dari dua lantai. Meskipun sempit tempat itu menyediakan makanan dan minuman yang super lezat.

Gang masuk Omoide Yokocho
Warung di kiri kanan gang

Meskipun hari itu hujan deras, warung yang kami masuki penuh sesak dengan tamu. Kami memilih kursi di bawah supaya tidak usah repot-repot naik turun tangga. Selain kaunter di sisi kiri, tempat duduk di lantai bawah hanya ada kira-kira 4 meja. Masing-masing meja dipisahkan dengan dinding kayu sehingga kami seperti berada di bilik-bilik kecil yang setengah terbuka. Kami memesan macam-macam makanan seperti motsuni (semacam semur usus babi dengan lobak dsb), ayam goreng, telur dadar, tempura ikan, eda mame dan sebagainya. Minumnya diawali dengan bir, dilanjutkan dengan sparkling sake (saya baru tau ada sake Jepang yang dicampur soda seperti ini, tapi enak juga!), dan diakhiri dengan Mojito bergarnish dua iris apel, jeruk nipis dan daun mint. Lumayan juga dalam 1,5 jam sambil ngobrol ngalor ngidul kami menghabiskan semua makanan dan minuman itu.

Motsuni

Setelah menghabiskan makanan dan minuman tersebut, kami lalu pindah ke kafe kecil di depan stasiun karena ada seorang teman yang bergabung dengan membawa anaknya yang masih kecil-kecil. Makan dan minum lagilah kami di situ. Aduuh hari sabtu kemarin bener-bener tersiksa karena kekenyangan! 

Pulangnya, kami menerima oleh-oleh dari mantan murid tersebut. Oleh-oleh itu terbungkus dalam kotak merah yang apik dan gaya dari toko coklat Frantz di Kobe (www.frantz.jp). Isinya stroberi kering dilapisi white chocolate yang uenaaaaaknya minta ampun! Minasan, gochisousama deshita!


Kotaknya cantiiiik!


Stroberi kering berlapis coklat putih dari Toko Frantz

不在連絡票 Surat dari kantor pos


Di Jepang ada suatu surat yang disebut 不在連絡票(fuzairenrakuhyou). Saya tidak tahu apakah di Indonesia ada surat semacam ini atau tidak, sehingga saya terjemahkan saja dengan terjemahan bebas ya, surat pemberitahuan pengiriman barang ketika tidak ada orang di alamat yang dituju. Aduuuuh panjang banget ya terjemahannya! Surat ini diterbitkan oleh kantor pos atau perusahaan ekspedisi yang mengantar barang/surat tercatat ke alamat kita. Bila di rumah tidak ada orang yang menerima barang tersebut, alias rumahnya kosong, biasanya pak pos atau petugas ekspedisi meninggalkan surat ini di kotak pos di depan rumah. 

Di surat itu tercantum nomor telepon yang bisa dihubungi untuk meminta agar barang dikirim kembali pada hari, tanggal dan jam yang kita tentukan sendiri. Selain melalui telepon, kalau kita tidak ingin mengeluarkan biaya untuk menelepon, kita juga bisa request pengiriman kembali melalui situs resmi pos/perusahaan ekspedisi tersebut. Contoh surat pemberitahuan seperti foto di atas. Di situ selain nomor telepon dan alamat situs, juga tercantum, tanggal dan jam berapa mereka datang ke rumah kita. Dan yang terpenting, mereka mencantumkan tracking number, yaitu nomor untuk melacak kiriman tersebut. 

Pada saat menelepon atau mengisi formulir permohonan pengiriman kembali melalui internet, kita diminta mengisi nomor tersebut, tanpa nomor tersebut akan sulit sekali bagi mereka untuk mengirimkan kembali barang ke alamat tujuan. Suatu hari saya pernah saking sibuknya, saya tidak segera menelepon kantor pos untuk minta pengiriman kembali dan ketika saya teringat harus menelpon, surat pemberitahun ini sudah hilang entah kemana. Saya nekat menelepon kantor pos terdekat yang biasa melayani pengiriman barang ini, perlu waktu berhari-hari melacaknya tanpa nomor pelacakan, dan akhirnya barang yang sudah dikirim tersebut dikembalikan ke pengirimnya karena dianggap tidak ada penerima di alamat yang dituju.

Bagi saya sistem ini praktis tapi sekaligus merepotkan apabila kita kehilangan surat pemberitahuannya, sebab mereka tidak bisa begitu saja melacak melalui alamat ataupun nomor telepon kita. Yang harus saya lakukan adalah mengurangi sifat pelupa dan suka menunda saya nih. Peace!!

Higashirinkan 2014.06.08







Jun 4, 2014

忘れ物 Ketinggalan barang di taman

昨日の夕方、バニュとウィサンは友達のもあちゃんと林間公園で遊びに行きました。サッカーボールとすいとうをもって行きました。5時半ごろ帰って、すぐ晩ご飯や明日の支度などをやっていました。




8時頃になったら、バニュは突然公園で忘れ物をしたことを思い出しました。それは、もちろんボールとすいとうです!もう、バニュとウィサンたらぁ!!主人に注意されて、1週間友達と遊ぶことは禁止されました!私は「じゃ、明日学校から帰ったら、公園へ行って、探してね」と言いました。


今日は家にいましたので、公園まで一緒に行きましたが、そこそこのすいとうなので、まだあるかなぁ、ないかなぁとドキドキしながら公園を覗きました。昨日忘れたところになんとボールとすいとうがありました!!朝からあんなに人がいっぱいいるのに、ボールとすいとうは1センチも移動されなかったのです!さすが日本!!インドネシアだったら、もうとっくに消えたと思います(苦笑)。

バニュ、ウィサン、これから気をつけてね!!

Banyu n Wisang kemarin sore main ke taman rinkan bersama temannya Moa chan. Mereka pergi membawa tempat minum dan bola kaki. Kira-kira jam 8 malam, Banyu tiba-tiba teringat kalau ia meninggalkan barang bawaannya di taman. Aduuuh, padahal tempat minum yang dibawanya harganya lumayan mahal.  Jangan-jangan sudah lenyap pikir saya. 

Keesokan harinya, setelah pulang dari sekolah Banyu bersama saya mendatangi taman tersebut. Daaaan, tempat minum serta bola masih terletak dengan manisnya di sana tak bergeser satu inchi pun! Padahal ada begitu banyak orang di taman sejak pagi sampai sore. Untuuuung ini di Jepang bukan di Indonesia. Sayangnya meskipun ketemu, Banyu n Wisang tetap dihukum papanya, tidak boleh keluar main selama seminggu! Waaaaaah, apa boleh buat! Lain kali hati-hati ya BanWis!!


東林間2014.06.04

ピアノ発表会(Piano Recital)

ばたばたしていて、中々ブログを更新する時間がなかったので、遅れて投稿しましたが、娘のバニュのピアノ発表会です。



バニュは去年の6月からピアノを習い始めて、今回(2014.05.10)は初めての発表会でした。最初は相変わらずマイペースで、全然緊張感がないバニュでしたが、発表会当日に「ママ、お腹が痛い」と急に言い始めた。やっぱり緊張したね、バニュ!最後の最後のレッスンまでは長い曲を上手く引けなかったせいかもしれません。

バニュは今回3曲を引きましたが、最初の2曲は一人で引き、最後の1曲は先生と連弾で引きました。1番目の曲はドイツの民謡「かわいいオーガスティン Oh du lieber Augustin」、そして2番目の曲は「5月のそよ風 May Breeze」。先生と連弾で引いた曲はアニメの「コナン」の曲でした。


「かわいいオーガスティン」は上手く引けましたが、「5月のそよ風」は長いし、幅が広い曲なので、レッスンを始めてから1年も経ってないバニュにはちょっと難しかったかなぁという印象でしたが、最後の最後まで応援しました。「もし、当日間違えたら、どうしよう」と不安そうなバニュの発言に対して、「絶対大丈夫だよ!」と毎日言い聞かせました。「間違えても平気さ!誰も知らないから、大丈夫だよ!」と私の5月の口癖でした(爆笑)

ピアノの発表会は1部と2部に別れています。1部は生徒さんたちは一人で引いていましたが、2部は連弾でした。先生を含めて合計16人が発表しましたが、大人も子供も一緒の場で発表しました。大人はともかく、子供は小2から高2まで幅広い年齢の子供達が様々な曲を引いて、一年間の成果を披露してくれました。曲もいろいろです。バッハ(Bach)やショパン(Chopin)、チャイコフスキー(Tcaikovsky)のクラシック曲を引いている子がいれば、外国の民謡やポップミュージックを引いて子もいました。


バニュは1部に3番目に引いていて、赤いドレスに黒いボレロを着ていました。髪はアップしましたが、その後ほどけばよかったと思うようになりました(笑)まぁ、本人が気に入ってくれてたので、良かったですが・・・


仲良しのお友達も来てくれましたので、バニュはとても喜んでいました。りさちゃん、菜々実ちゃん、いつき君、萌愛ちゃんなど応援してくれて、会場に駆けつけてくれました。本当にありがたいことです。皆さんは花束まで持って来てくれましたので、本当に感謝!感謝!

発表会は1時15分に始まり、3時半ごろ終わりました。最後に生徒さんたちは先生と写真を撮って帰りました。本当に有意義のある一日でした!



最後に、なんとウィサンも今日からピアノのレッスンを始めます。先生は「バニュとウィサンを連弾させます」なんて言ってくださったので、来年の発表会に2人の成果を楽しみにしてます。

ではでは!
東林間2014.06.04





家庭訪問2014年

一昨日、6月2日に娘と息子の小学校の家庭訪問が行われました。
家庭訪問のときに担任の先生がお家に来て、大体10分程度子供の様子のお話をしてくれます。

今年はウィサンも小学校に上がったので、今年の家庭訪問は同じ日に行われるように特別に依頼をしました。そのため、バニュの家庭訪問は午後2時20分から、ウィサンの家庭訪問はその一時間後3時20分からでした。

まず、家庭訪問に向けて、その前の日に夫と二人で夜中2時まで家中を掃除しました。もう、クタクタでしたよ!日本人はきれい好きで、家庭訪問の時にどんな家族やどんな親かに判断されるので、第一印象が大事ですね。家が汚かったら、親はだらしないという風に思われちゃうし、親がだらしなければ、子供もだらしないだろうと勝手に判断しちゃうでしょう。最終的に子供が可哀想なので、毎年家庭訪問に向けて一所懸命に大掃除をします。

つぎは、先生は一日に7軒から8軒のお家に廻るそうです。そのため、毎年10分しか話す時間がないので、話したいことや、聞きたいことなどを考えて、必要であれば、メモっておきます。私は毎年最も気になるので、子供達の学校での様子や学習態度なので、それを聞きます。

バニュの今年の担任の先生は若い先生です(多分30代前半の方)。私より先生の方が緊張していたようでした(笑)。玄関先でお話してくれると思いきや、上がってしまいました(掃除して、よかった!)。先生によると、バニュはクラスの中でリーダー的な存在だそうです。先月行われた町探検にもグループリーダーになって、友達をまとめたり、地図を確認したり、レポートまで書いたりする存在でした!さすがママの子(うふふふっ)。また、授業中にもとても積極的に手をあげたり、答えたりするそうです。先生もお手伝いも言われなくてもたくさんしてくれるらしいです。やったね、バニュ!毎日皆で仲良く勉強したり、遊んだり、給食を食べたりしたそうです。2年生のときよりももっと学校を楽しんでるバニュの様子を聞いたら、安心しました。

さて、次はウィサンの担任の先生の訪問です。小学校に上がって、初めての家庭訪問なので、なんだかちょっと緊張してきました。ウィサンの担任はとても若いです。新卒の先生なので、20代前半の可愛い先生です。ウィサンの先生は上がらずに、玄関先でお話をしてくれました。とてもおっしゃべりの先生でした(笑)。先生によるとウィサンのクラスの生徒達は何をやっても一所懸命だそうです。確かに先月の授業参観に言ったときも同じ印象でした。バニュの1年生のクラスはじっとしてられない男達は何人かいて、授業中でもうろうろしていました。しかし、ウィサンのクラスにはそのような光景はありませんでした。同じ時に参観していたママは「皆さんおとなしいですね」なんて言っていました。

ウィサンはバニュと違って、ちょっとシャイなので、積極的に手を上げることは殆どないそうですが、とてもおっしゃべりだそうです。隣に座っている子のことが大好きのようで、いつも仲良く遊んでいます。ある日、その子に「俺の腕をこの黒いマーカーで書いて」って言われたらしいです。それで、腕に黒いマーカーを使って絵を書いたそうです。参ったなぁ!でも、大丈夫!それも勉強でしょう。今回、人に言われても、言われた通りにするとは限らない。嫌なことを言われたら、タンタンと断ることが必要ですよ、ウィサングニ!!今度、その子のママに会ったら、謝ります。

また、ウィサンのことについて、最も心配なのは給食です。ちゃんと食べてくれるかなぁ、30分以内に完食できるかなぁと毎日心配しています。やっぱり、おっしゃべりなので、最初の5分は食べているそうですが、その後、おっしゃべりに夢中になったため、中々量が減ってないそうです。家で食べるときだって、同じですもの!しょうがないです!もうちょっと練習させようと思います。

男の子なので、毎日喧嘩したり、殴り合ったり、嫌なことを言い争ったりじゃないかと心配して、毎日ハラハラしています。今のところは大丈夫そうなので、少し安心していますが、これからも加害者や被害者にならないように、是非気をつけたいと思います。

とにかく、ばたばたの5月(ピアノの発表会、運動会、校長先生との語り会、授業参観、家庭訪問)が終わり、これから自分の研究や論文作成に戻りま〜す。


東林間2014.06.14

Jan 17, 2014

Trip to Melaka

 
Minggu lalu saya baru kembali dari perjalanan singkat ke Melaka. Bukan perjalanan dalam rangka pekerjaan, melainkan hanya mampir sebentar sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke rumah saya di Tokyo setelah seminggu berada di Jogja. Sejak dulu saya sudah ingin sekali pergi ke Melaka. Saya penggemar sejarah, heritage, museum dan sejenisnya, jadi Melaka tampak seperti surga bagi saya dengan gedung-gedung lawas zaman kolonial dan budaya creol yang khas.
 
Sebenarnya perjalanan ini diawali dengan sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, yaitu pesawat yang akan saya tumpangi dari Jogja ke Kuala Lumpur tertunda keberangkatannya selama 1 jam. Ya, mungkin ini sesuatu yang biasa di Indonesia, tapi bagi saya yang mengejar bus pukul 18.30 ke Melaka, ini lumayan memberi serangan panik sekejap saat itu. Sebenarnya saya sudah memilih penerbangan tercepat dari Jogja ke KL yaitu pukul 14.00, penerbangan berikutnya adalah sekitar pukul 5 sore. Saya perkirakan saya akan tiba di KL pukul 5 waktu setempat, ditambah proses imigrasi dan pengambilan bagasi, sebelum pukul 18.30 saya pasti sudah bisa berada di halte bus Trans Nasional yang akan membawa saya ke Melaka. Karena penundaan penerbangan itu, buyarlah semua rencana yang sudah saya susun rapi sedemikian rupa.
 
Karena saya tidak suka terburu-buru, apalagi di tempat asing, saya terbiasa merencakan dengan detil segala keperluan saya. Demikian pula kali ini, dalam perjalanan ke Jogja dari Tokyo, saya transit di KL selama kurang lebih 4 jam. Waktu itu saya pergunakan untuk mencari di mana halte bus no.4  tempat bus transnasional berada. Sebelumnya saya sibuk mencari loket tempat menjual tiket bus tersebut, tapi tidak ketemu juga. Ya sudahlah lebih baik saya mencari dulu di mana halte busnya. Sampai di sana, kebetulan ada bus yang baru datang dari Melaka, saya segera menghampiri pengemudinya dan bertanya dimana loket tiket berada. Pengemudi ini masih muda, tapi ia berbicara dengan bahasa Melayu yang sangat medok sekali, sehingga saya perlu beberapa detik untuk mencerna kalimatnya. Ternyata loket tiket bus transnasional ada di dalam bandara untuk penerbangan domestik! Ya ampuuun pantes aja dari tadi gak ketemu loketnya. Singkat kata setelah menemukan loket tiket saya langsung bertanya apakah saya bisa membeli tiket PP Bandara-Melaka untuk bulan Januari (waktu itu masih bulan Desember), dan ternyata boleh. Tiket sekali jalan seharga 21 RM (1 RM= Rp. 3700) jadi segeralah uang 42 RM berpindah tangan ke mbak-mbak yang ada di loket. Saya perhatikan harga tersebut sudah termasuk pelayanan bagasi dsb.
 
Kembali ke pesawat yang terlambat terbang. Tentu saja saya panik karena pasti saya tidak akan mungkin bisa naik bus ke Malaka yang pukul 18.30, padahal tiket sudah di tangan.  Akhirnya setelah menunggu kurang lebih satu jam lebih, pesawat yang akan saya tumpangi datang juga. Hampir setengah 4 sore ketika pesawat lepas landas, dan jam menunjukkan pukul setengah 7 malam ketika pesawat mendarat di KL.  Saya cepat-cepat berjalan menuju imigrasi lalu mengambil bagasi setelahnya. Ketika menuju pintu keluar sambil mendorong koper, seorang petugas bertampang galak mencegat saya dan berkata "Where are you from?" Ketika saya jawab Indonesia, dia tampangnya langsung lumer dan mempersilakan saya lewat. Waaah padahal saya sudah deg-degan setengah mati waktu itu. Baru kali ini kata Indonesia manjur, biasanya malah tambah digalakin.
 
Saya segera menuju terminal domestik dan menemui petugas bus transnasional di loket. Saya katakan bahwa karena pesawat yang saya tumpangi mengalami penundaan saya tidak bisa naik bus pukul 18.30 dan bertanya apakah tiket saya bisa saya pakai untuk naik bus yang sama pukul 20.00. Ternyata tidak bisa! Petugas dengan sopan menjawab "I am sorry mam, we have no relation with the airplane, so you have to buy new ticket." Waduuuuh, terpaksalah saya membeli tiket baru, meski sambil nggrundel bahwa ini bukan salah saya. Mungkin karena melihat wajah saya yang sudah lelah, petugas itu berunding ke atasannya dan kembali ke saya lalu berkata "Mam, we'll give you child price." Hahahahaa..... saya pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Tapi sebenarnya harga anak tidak begitu berbeda dengan tiket dewasa, yaitu 18 RM. Tapi tak apalah, itu pun sudah lumayan!
 
Pukul 20.00 bus transnasional tiba di halte, dan para penumpang sibuk memasukkan koper ke bagasi  bus. Saya mengira akan ada petugas bus atau pengemudi yang akan membantu penumpang memasukkan koper ke bagasi karena saya lihat di tiket tertulis harga sudah termasuk layanan bagasi, tetapi ternyata semuanya harus kita kerjakan sendiri! Dari 4 pintu bagasi hanya 2 yang dibuka, sehingga tidak semua barang milik penumpang bisa masuk, tapi supirnya anteng-anteng saja. Saya sudah mulai tidak sabar. Saya geser tas-tas milik penumpang lain dan memaksa koper saya yang seberat 25 kg itu masuk ke bagasi bus. Untunglah ada mas-mas Melayu baik hati yang melihat saya kesusahan mendorong masuk koper saya lalu membantu saya.
 
Setelah bagasi beres saya cepat-cepat naik ke dalam bus. Seperti bus-bus lain di Malaysia, komposisi tempat duduk adalah 5 deret dari depan adalah tempat duduk dengan masing-maisng dua kursi di kiri dan kanan. Deret di belakangnya semua terdiri dari 1 kursi yang diperuntukkan untuk penumpang yang bepergian sendirian. Saya duduk sendirian di deret ke-6, wah lumayan juga nih, nyaman sendirian jadi tidak perlu merasa kikuk karena bersebelahan dengan orang asing. Eeeeh belum juga bus yang saya tumpangi itu bergerak, mas-mas Melayu yang tadi membantu saya memasukkan kopor yang juga duduk sendiri di sisi diagonal saya mulai mengajak ngobrol, tanya dari mana lah, berapa harga tiket lah, ini lah, itu lah, saya mulai merasa tidak nyaman ketika ia menanyakan nama. Saya cuekin dan segera ambil buku, pura-pura membaca. Tapi baru setengah halaman saya mulai membaca, bus bergerak dan semua lampu dimatikan. Waaaah gagal akting membaca, akhirnya saya pura-pura tidur sambil memperhatikan pemandangan di luar supaya tidak diajak ngobrol lagi oleh si mas kepo itu. Huh!
 
Tampaknya bus kami terus berada di jalan tol. Sesekali saya melihat perumahan, tapi selanjutnya kebanyakan adalah berupa perkebunan sawit maupun hutan. Hampir pukul 10 malam ketika bus yang saya tumpangi masuk ke terminal Melaka Sentral. Saya mulai dag dig dug lagi. Terminal itu lumayan besar dan bersih tetapi tampak sepi sekali. Toko-toko sudah tutup dan hampir tidak ada orang di tempat bus kami berhenti. Gawat juga nih, pikir saya! Di beberapa situs yang saya baca, kami tidak dianjurkan naik taksi yang ditawarkan di sekitar tempat bus berhenti. Kebetulan ada satu situs berbahasa Jepang yang dengan detil memaparkan di mana letak loket taksi resmi di dalam terminal itu. Tentu saja saya saya sudah hafalkan tempat itu baik-baik supaya tidak terjebak scam yang berkeliaran menyasar orang asing. Tiba di loket taksi, ada satu orang petugas di dalamnya. Ketika saya mengatakan hotel tempat saya menginap dan bertanya berapa tarifnya atau apakah bisa pakai argo. Bapak itu langsung menunjuk salah satu dari beberapa supir taksi yang nongkrong di sekitar loket, dan menyuruh saya langsung nego dengan supir itu. Waduuh! Saya lihat beberapa bule di depan saya pun diperlakukan sama, mereka langsung nego dengan supir taksi yang sudah kongkalikong dengan petugas di loket itu. Hari semakin malam dan terminal pun sepi, tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti supir taksi yang sudah ditunjuk itu. Dia menyebut angka 10 RM  ketika saya sebutkan hotel tujuan saya. Saya tidak tahu seberapa jauh hotel itu tapi saya tawar sedikit karena pasti seharusnya tidak sampai segitu kalau menggunakan argo. Supir sok jual mahal dan saya juga sudah lelah, akhirnya saya sepakat dengan harga 10 RM itu. Hotel saya ternyata tidak terlalu jauh. Tapi ya sudahlah tidak apa-apa daripada ketemu scam di negeri asing.
 
Supir taksi yang membawa saya ke hotel sangat suka bercakap-cakap. Mulai dari tanya dari mana, mau kemana, kenapa sendirian, sampai bertanya kenapa koper saya berat sekali apa sih isinya, katanya! Haduuuh ini orang Melayu semua emang pada kepo ya, pingin tahu urusan orang! Tapi lumayanlah saya agak terhibur dengan kecerewetan bapak itu.
 
Sampai di hotel, petugas front office melayani saya dengan cepat dan efisien. Saya sudah segera ingin mandi dan merebahkan badan yang terasa sangat penat. Kamar saya lumayan luas dan bersih, standar bintang 3, lumayan lah. Lebih dari cukup untuk tidur sendirian! Segera saya menuju jendela, dan voilaaa ternyata  petugas check in berbaik hati memberi saya kamar dengan River View, padahal ketika saya memesan melalui Agoda harga yang saya bayarkan adalah untuk kamar dengan city view. Lucky, pikir saya!! Sungai Melaka tampak mengalir tenang disinari lampu jalan. Ah saya sudah tak sabar lagi menanti esok hari!
 
bersambung...
 
 
 
 

Aug 26, 2013

26 Agustus 2013

Sudah lama dan begitu banyak hal yang membuat saya ingin menulis tentang papa, mulai ketika saya pulang ke Jogja selama hampir 3 minggu pada bulan april-mei lalu, momen ulang tahun Wisang dan saya, maupun momen lain selalu menyadarkan saya akan begitu banyak kenangan dan keinginan untuk mengobrol dengan papa. Tetapi karena sering jadi terlalu emosional, akhirnya saya tidak mampu menuliskan satu kalimat pun karena sudah terguguk-guguk di depan komputer bahkan sebelum mulai menuliskannya.


26 Agustus 1948 - 26 Agustus 2013

In loving memory of our beloved papa in heaven.

Papa, selamat ulang tahun.

Kalau papa masih ada, hari ini adalah ulang tahunnya yang ke 65 dan pagi-pagi tadi pasti kami sudah saling bertelepon, untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun. Salah satu warisan papa yang begitu lekat di keluarga kami adalah perayaan ulang tahun. Meski saya menggunakan kata perayaan, ulang tahun tidak selalu identik dengan pesta-pesta mewah di keluarga kami. Bahkan seingat saya kami tidak pernah berlebihan dalam merayakan ulang tahun. 

Hari ulang tahun di keluarga kami adalah hari spesial bagi kami semua, bukan hanya spesial bagi yang berulang tahun. Biasanya pagi-pagi buta, waktu mata masih susah dibuka, kedua orang tua saya sudah keluar dari kamarnya menuju kamar kami sambil menyanyikan lagu happy birthday lalu mulai nguyel-uyel yang berulang tahun dan menghujaninya dengan kecupan sayang. Ada suatu masa saya merasa jengkel sekali dengan tradisi ini. Kenapa sih kasih ucapan harus pagi-pagi waktu saya masih enak-enak tidur, pikir saya waktu itu.

Sejak saya bisa mengingat, waktu kami masih kecil, di tengah kesibukannya mama biasa membuat tumpeng dan segala teman-temannya ketika ada anggota keluarga yang berulang tahun. Biasanya saat papa istirahat makan siang dan pulang ke rumah, kami duduk mengitari meja makan menghadap tumpeng dan teman-temannya. Tidak mesti siang hari, kadang-kadang acara itu juga berlangsung saat makan malam. Biasanya papa lah yang memimpin doa, mendoakan yang berulang tahun dengan segala harapan yang baik-baik. Kadang-kadang mama menimpali juga dengan doa sambungan setelah papa selesai. Kalau papa yang berulang tahun, maka mama lah yang akan memimpin doa. Satu hal yang masih saya ingat sampai sekarang, mama selalu tiba-tiba menangis karena terlalu emosional di tengah-tengah doanya. Waktu itu saya belum mengerti kenapa mama selalu jadi agak tersedu-sedu begitu karena waktu itu tampaknya saya konsentrasi penuh pada ayam goreng, puding, atau bahkan kue taart yang ada di meja makan, sambil memikirkan strategi bagaimana urutan makan yang paling menarik (tentu saja saya selalu ingin makan puding atau kue lebih dahulu meskipun itu mustahil! Hehehhee) Sampai sekarang saya tidak pernah tahu mengapa mama begitu emosional, mungkin di tengah-tengah doanya ia teringat perjuangan mereka berdua dalam berumah tangga dengan 4 anak yang bandel-bandel ini.

Kalau tidak makan tumpeng sekeluarga, kadang-kadang orang tua saya mengadakan acara ulang tahun kecil-kecilan untuk kami dengan mengundang tetangga kiri kanan atau teman-teman kami. Tetapi seingat saya, itu hanya ketika kami masih kecil sekali. Menginjak usia SD saya tidak ingat pernah membuat acara ulang tahun lagi dengan mengundang teman. Beberapa kali rasanya kami mengadakan acara ulang tahun di sekolah bersama teman-teman sekelas. 

Menginjak SMP papa biasanya memberi sedikit lebih uang saku hari itu untuk sekedar mentraktir teman-teman makan bakso. Di rumah tradisi makan bersama masih tetap berlangsung diselingi dengan makan sekeluarga di restoran favorit keluarga. Tentu saja tradisi menyanyi dan nguyel-uyel si ultah pagi-pagi juga terus berjalan. Saya ingat, semasa SMP banyak teman-teman saya yang mengadakan pesta ulang tahun di rumah pada malam hari dengan dengan acara disko (hahahhah tahun 80-an rasanya semua anak kenal disko deh!). Saya atau adik perempuan saya selalu diantar papa, ditinggal, dan papa akan datang lagi ketika acara hampir berakhir. 

Waktu SMA sampai kuliah, karena sudah tidak tinggal dengan orang tua, setiap ulang tahun (lagi-lagi) pagi-pagi buta papa sudah menelepon. Ketika papa sudah pindah ke Cilegon, tak jarang papa menyempatkan pulang ke Jogja untuk sekedar makan bareng merayakan ulang tahun kami. Sejak itu rasanya tradisi tumpengan sudah mulai jarang, biasanya kami makan bersama sekeluarga di restoran. Kadang-kadang tidak sekeluarga saja, tetapi kami mengundang bude-bude, pakde-pakde, sepupu-sepupu untuk makan bersama di restoran yang sudah dipilih. 

Setelah kami tinggal terpisah-pisah, biasanya papa paling dulu sms untuk mengingatkan bahwa ada salah satu anggota keluarga kami yang berulang tahun. "Ik, hari ini Ova ulang tahun lho, dah telepon?" Biasanya begitu isi sms nya. Pernah saya berpikir, aduuuuh mana mungkin saya lupa ulang tahun anggota keluarga kami, kenapa sih papa repot-repot mengingatkan. Tetapi kini ini saya mengerti, itulah cinta kasih orang tua kepada anaknya. Setua apa pun, anak tetap anak. Orang tua tetap orang tua  yang merasa perlu mengingatkan kami anaknya.

Meskipun tidak harus, kami biasanya menyiapkan kado untuk yang berulang tahun. Kado ulang tahun untuk papa yang sangat berkesan bagi saya adalah sebuah tulisan yang dipigura berwarna biru muda. Saya dan adik perempuan saya yang memilihnya. Meskipun papa tidak pernah bercerita kepada kami, kami tahu tahun itu adalah tahun yang berat bagi papa. Kami memilih tulisan itu untuk saling berbagi kekuatan dan saling menguatkan. Sampai sekarang tulisan berpigura itu masih tergantung manis di rumah mama, dan sampai sekarang pun saya selalu merasa ada yang mengganjal di tenggorokan lalu  memecahkan waduk air mata ketika membaca tulisan itu.

Papa, terima kasih sudah mengajarkan betapa ulang tahun adalah sesuatu yang spesial di dalam hidup. Ulang tahun adalah penanda bahwa kita harus berhati-hati menjalani hidup. Harus banyak berbagi kepada saudara dan teman-teman. Terima kasih juga sudah datang ke dalam mimpi pada hari ulang tahunku seminggu yang lalu. Dalam mimpi itu tidak seperti biasanya, meski sekuat tenaga saya berusaha, saya tidak bisa melihat wajah papa,  bagi saya yang tampak hanya sepatu. Ya sepatu! Tetapi saya tahu pasti itu sepatu papa yang saya lihat.

Tenang dan damai di surga ya Pa.
Peluk paling hangat dari Ika, Nina, Tommy, Ova

-------
side bar

Seperti yang sudah saya duga, saya tidak bisa menulis tentang papa tanpa merasa sangat emosional. Terus meneteskan air mata, terus merasa kangen sambil terus menulis sampai tanpa saya sadari mata saya sudah begitu bengkak karena terlalu banyak air mata yang menetes dari situ. Di hari papa meninggal, saya pernah berkata kepada seorang sahabat, ditinggal orang tua itu rasanya seperti kehilangan belahan jiwa. Sakitnya tidak tertahankan dan tidak berkurang meski hampir 3 tahun berlalu.



Jun 18, 2013

SD di Jepang: Mengeksplorasi Lingkungan Sekitar 町探検

Pengarahan di halaman sekolah sebelum berangkat

Di SD tempat Banyu sekolah terdapat berbagai macam kegiatan, baik yang melibatkan orang tua murid atau tidak. Salah satu kegiatan yang melibatkan orang tua murid sebagai tenaga sukarelawan adalah kegiatan mengeksplorasi lingkungan sekitar, yang dalam bahasa Jepang disebut dengan Machi Tanken (町探検). Seperti yang sudah pernah saya tulis di di sini, bila belajar di sd negeri maka sekolah yang harus dimasuki si anak sudah ditentukan oleh pemerintah daerah, yaitu sekolah di rayon terdekat dengan tempat tinggal yang terdaftar di registrasi pemerintah. Oleh karena itu anak biasanya sangat mengenal lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya. Untuk lebih mengenal daerah tempat tinggal dan sekitar sekolah, murid-murid kelas 2 diajak untuk "jalan-jalan" bersama melewati rute yang telah ditentukan. 

Wali kelas sedang menerangkan tempat yang dilewati
Oh ya, waktu Banyu kelas 1, kegiatan eksplorasi lingkungan sekitar ini disebut Kouen Tanken (公園探検)yang berarti mengeksplorasi taman (dekat sekolah dan tempat tinggal). Saya masih ingat, pada hari H, Banyu dan teman-temannya harus membawa kotak serangga untuk membawa pulang serangga atau daun-daun dan benda lain yang dianggap menarik untuk dibawa pulang. Tahun ini tampaknya tidak ada keharusan membawa kotak serangga, tetapi seperti biasa ketika kegiatan ini selesai semua murid harus menulis kesan dan hal baru yang ditemukan dari hasil pengamatan selama perjalanan.

Siap berangkat!
Kira-kira satu bulan sebelum kegiatan ini dimulai kami para orang tua murid menerima surat yang berisi tawaran untuk menjadi tenaga sukarela untuk membantu kegiatan ini. Tahun lalu pun saya menerima surat yang sama, hanya saja karena kesibukan saya tidak bisa mengikutinya. Tahun ini selain karena memang saya ada sedikit waktu luang, saya juga ingin tahu seperti apakah rasanya membawa lebih dari 100 anak jalan-jalan dan juga tentu saja ingin tahu apa yang mereka lakukan. Setelah saya mengisi formulir kesediaan menjadi tenaga sukarela tersebut, saya lalu menerima peta yang berisi rute perjalanan dan apa saja yang harus kami persiapkan.


Bermain di taman sambil beristirahat
Tenaga sukarelawan harus berkumpul pukul 10.35 pagi di sekolah karena kegiatan ini akan dimulai pada pukul 10.45 dan berakhir pukul 12 siang. Begitu tiba di tempat yang telah ditentukan, guru kelas membagi bendera berwarna kuning yang digunakan untuk menyetop lalu lintas ketika anak-anak menyeberang. Memang, salah satu tugas kami adalah membantu mengatur lalu lintas di zebra cross. Setelah itu kami langsung berangkat sesuai rute masing-masing. Murid kelas 2 yang terdiri dari 110 anak dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok memiliki rute yang berbeda. Masing-masing kelompok dipandu oleh satu orang guru yang berjalan paling depan, diikuti oleh murid-murid yang berbaris berdua-dua sambil bergandengan tangan. Para sukarelawan berjalan di antara barisan murid-murid, ada yang di depan, di tengah, dan di belakang. Kami mengikuti kelompok murid dimana anak kami berada, sehingga kami memiliki rute yang sama.

Bendera untuk mengatur lalu lintas 

Keluar dari pintu belakang sekolah, kami terus berjalan menuju tempat yang telah ditentukan, di antara perjalanan sepanjang 1 jam 15 menit itu ada 3 kali istirahat minum dan 1 kali mampir untuk bermain di taman selama 10 menit. Selama perjalanan, guru berkali-kali menjelaskan kami sudah melewati apa saja, kantor, gedung TK, sekelompok apartemen dan sebagainya. Ketika sedang berjalan, guru melarang keras anak-anak untuk minum karena resiko tersedak. Minum hanya diperbolehkan saat istirahat di tempat yang telah ditentukan. Setiap kali istirahat, murid-murid langsung duduk rapi di tanah/jalan dengan posisi sama, yaitu kedua kaki dilipat dan tangan ditangkupkan di lutut mereka. Posisi duduk ini disebut Yama Suwari yang berarti duduk dengan posisi membentuk gunung.

Berkunjung ke salah satu kantor dinas sosial dan kesehatan

Di tengah panas terik dan kelembaban tinggi, anak-anak tetap bersemangat berjalan kaki melewati taman, jinja, apartemen, kantor balai kota, mall dan sebagainya. Ketika tiba di sekolah kembali pukul 12 siang, keringat sudah bercucuran di dahi mereka, tetapi tidak ada satu pun anak yang mengeluh, apalagi menangis.

Minasan, otsukare sama deshita! Yoku ganbarimashita!!


SD di Jepang: Pertandingan Olahraga Undoukai 運動会




Lapangan tempat diadakannya lomba olah raga

Akhir bulan Mei adalah jadwal tahunan hari pertandingan olahraga di SD Banyu. Dalam bahasa Jepang acara ini disebut Undoukai (運動会). Pertandingan yang diadakan pada musim semi ini termasuk event tahunan besar, bahkan mungkin boleh dikatakan yang terbesar, sejajar dengan event pagelaran musik dan kesenian yang biasanya diadakan pada musim gugur.

Para murid SD sudah berlatih jauh-jauh hari untuk memenangkan mata lomba yang diadakan pada hari pertandingan. Biasanya latihan sudah dimulai sekitar sebulan sebelumnya. Meskipun namanya pertandingan olahraga, tetapi program acaranya tidak melulu olahraga saja, tetapi setiap kelas juga menampilkan tarian kolosal, dan khusus murid kelas 6 selalu menampilkan semacam akrobat di puncak acara.

Pertunjukan akrobatik murid kelas 6

Sama seperti tahun lalu, tahun ini Banyu dan teman-temannya juga sibuk mengikuti latihan yang diadakan hampir setiap hari. Berbeda dengan class-meeting yaitu pertandingan olahraga antar kelas di sekolah yang pernah saya ikuti dahulu, undoukai di Jepang tidak mempertandingkan mata lomba antar kelas, melainkan antara 2 tim, yaitu tim merah (Akagumi-赤組)dan tim putih (Shirogumi-白組). Setiap kelas membagi muridnya menjadi dua tim yaitu tim merah dan tim putih, sehingga hanya ada dua tim yang masing-masing beranggotakan murid kelas 1 sampai kelas 6. Meskipun dalam satu tim terdiri dari murid kelas 1 sampai 6, tetapi mata lomba disesuaikan dengan kemampuan masing2 tingkat kelasnya, sedangkan nilai akhir adalah nilai total dari semua mata lomba yang dipertandingkan tersebut. Masing-masing tim memiliki ketua tim yang disebut Danchou yang bertugas memberi aba-aba kepada anggota timnya serta tim khusus pemberi semangat semacam tim cheersleader.

Tim Merah dan Tim Putih 
Setiap angkatan mulai dari kelas 1 sampai kelas 5 menampilkan tari-tarian dan murid kelas 6 menampilkan akrobat sebagai pertunjukan perpisahan karena mereka akan lulus pada tahun itu sehingga pertandingan olahraga ini adalah parstisipasi mereka yang terakhir. Untuk mata lomba berkelompok, murid kelas 1 berlomba memasukkan bola-bola kecil ke dalam keranjang, murid kelas 2 menggulingkan bola raksasa, sedangkan murid kelas 3 lomba tarik tambang. Untuk kelas yang lebih tinggi tingkat kesulitan mata lombanya sedikit lebih sulit, misalnya kelas 5 lomba mengambil topi milik tim lawan. Masing-masing tim membentuk grup-grup kecil yang terdiri dari 3 orang anak. Dua orang anak menggendong satu anak dengan keempat lengan mereka, dan anak yang ada di gendongan itulah yang harus mengambil topi milik lawan sekaligus menghindari topi miliknya diambil lawan. Ini adalah mata lomba favorit saya hehehhe... Mata lomba untuk murid kelas 6 disebut mukade kyousou, mukade artinya kaki seribu, sedangkan kyousou berarti perlombaan. Permainan ini sebenarnya mirip dengan yang ada di Indonesia, lomba jalan memakai teklek raksasa, tetapi di sini digunakan tali sebagai ganti teklek tersebut. Tali itu diikat di kaki kiri dan kanan. Satu tim terdiri dari 4 orang yang berusaha menyelaraskan gerakan kaki dan kanan agar tidak terjatuh. Untuk lomba olah raga, ada lomba lari mulai dari lari jarak pendek 50 meter untuk kelas 1 dan 2, lari jarak 80 meter untuk kelas 3 dan 4, lari 100 meter untuk kelas 5 dan 6, sampai lari estafet yang diikuti semua wakil murid kelas 1 sampai 6.

Mukade Kyousou

Saya selalu terkesan dengan kerapian dan kecermatan sekolah mengorganisir setiap acara yang diadakan termasuk acara lomba olahraga ini. Tenda-tenda untuk tamu kehormatan (pemuka lingkungan sekitar dan beberapa kelompok masyarakat) didirikan bersama-sama oleh guru dan murid-murid kelas 5 dan 6. Begitu juga bendera-bendera kecil yang digantung di tali-tali sepanjang lapangan. Orang tua murid dan penonton dipersilahkan membawa tikar sendiri untuk duduk di lapangan sambil menonton pertandingan dan makan siang pada waktunya. Agar bisa duduk di bawah pohon sakura yang rindang, kami (dan orang tua murid lain) sudah datang pukul 7 pagi berebut tempat yang dianggap nyaman. Setelah menggelar tikar biasanya kami pulang lagi ke rumah dan baru kembali ke sana pada ketika upacara pembukaan dimulai sekitar setengah 9.


Bangku tempat duduk untuk murid-murid diatur rapi sesuai kelasnya di pinggir lapangan, dan dibatasi dengan tali selebar 1 meter untuk membedakan tempat duduk murid dan penonton. Penonton termasuk orang tua dilarang masuk ke area tempat duduk murid begitu juga sebaliknya. Selama pertandingan berlangsung semua murid tetap duduk rapi jali di tempatnya sambil meneriakkan yel-yel pemberi semangat kepada tim mereka. Tentu saja tempat duduk ini pun dibagi dua bagian, yaitu tempat duduk tim merah dan tim putih. Karena hari itu agak panas, meski tidak sepanas tahun lalu, murid-murid diminta membawa handuk yang bisa ditaruh di kepala untuk menghindari panasnya matahari. Kadang-kadang saya mendengar pengumuman "Orang tua si A harap datang ke ruang UKS karena anaknya kurang sehat." Rupanya ada beberapa anak yang pingsan karena tidak kuat kepanasan.

Pertandingan ini diadakan mulai pukul 8:30 sampai 14:45 diselingi istirahat makan siang selama 45 menit mulai pukul 12 siang. Selama jam makan siang, murid-murid kembali ke tempat duduk orang tua dan makan bersama keluarganya masing-masing sambil dihibur grup drumband sekolah yang berseragam oranye terang.

Oh ya, selain murid-murid kelas 1 sampai 6, ada juga mata lomba untuk anak yang akan masuk SD tahun depan alias murid TK yang tinggal di daerah sekitar. Beberapa minggu sebelumnya, saya pun mendapat undangan yang ditujukan untuk Wisanggeni karena Wisang akan masuk kelas 1 tahun depan. Mata lomba untuk anak-anak TK itu sederhana sekali, hanya lomba lari sambil melompati semacam hulahop raksasa, dan di garis finish murid-murid kelas 6 siap dengan hadiah untuk dibagikan kepada mereka (isinya kertas warna untuk origami heheheh). Lomba-lomba itu diselingi juga dengan lomba tarik tambang antar guru dan orang tua murid.

Papan Nilai

Tahun ini pemenangnya adalah tim merah dengan beda nilai hanya 2 poin, tetapi semua murid sudah bertanding dengan sportif dan gembira sehingga tim putih yang kalah pun memberikan tepuk tangan keras-keras untuk tim merah atas kerja keras mereka.

Otsukaresama Banyu!!!

May 28, 2013

Kencan Kecil Dengan Banyu





Hari senin tanggal 27 Mei yang lalu, Banyu libur. Libur ini adalah libur pengganti hari sabtu lalu yang dipakai untuk perlombaan olahraga antar kelas di sekolahnya. Karena kebetulan hari itu saya juga tidak ada kegiatan, setelah menyelesaikan segala pekerjaan rumah, kami bersepeda menuju stasiun terdekat dari rumah kami. Tujuannya kemana lagi kalau bukan ke toko es krim langganan kami. Sudah lama Banyu minta ditraktir makan es krim di sana. Maka semangatlah kami mengayuh sepeda kami masing-masing menuju ke toko itu. 

Saya sengaja tidak mengajak Wisang supaya bisa ngobrol berdua saja dengan anak perempuan saya ini, hehehhe... Saya sudah sering pergi ke toko es krim ini, baik sendiri maupun bersama anak-anak, tetapi baru kali ini saya memperhatikan interior bagian dalamnya yang baru saja direnovasi. Menurut saya ruang dalam toko ini sangat ramah bagi orang tua yang mengajak anak-anak.

Anak-anak bisa membaca atau bermain di sini
Selain kursi dan meja kecil biasa, di situ juga disediakan meja dengan pojok yang dipenuhi buku cerita dan mainan-mainan sederhana seperti blok, puzzle dan lain-lain. Selain itu di atas meja juga terdapat televisi layar datar berukuran besar yang selalu menayangkan film-film disney yang membuat orang betah berlama-lama duduk di sana. Sehingga meskipun kami sudah selesai makan, Banyu masih asyik membaca buku dan saya pun bisa membaca buku yang sengaja saya bawa dari rumah.

Oh ya, ngomong-ngomong Banyu ke sana naik sepeda barunya lho, hehehhe....

Sepedaku baru lhoo....

SD di Jepang: Menyambut Murid Baru

Tahun ajaran baru di Jepang dimulai pada bulan April setiap tahun. Pada bulan April itu karyawan/wati baru dan siswa baru serentak masuk ke lingkungan baru mereka masing-masing. Di dalam kereta saya sering sekali menjumpai karyawan baru menuju ke tempat kerjanya. Relatif tidak sulit membedakan mana karyawan baru dan mana yang lama. Di sini seperti ada aturan tidak tertulis bahwa karyawan baru mengenakan setelan jas/blazer hitam yang tampak baru dengan kemeja putih di dalamnya. Bukan hanya pakaian saja, bahkan sampai tas dan sepatu pun berbentuk sama. Gaya busana seperti ini sudah mulai dipakai sejak mereka masih dalam proses mencari pekerjaan yang biasa dilakukan beberapa bulan sebelumnya.

Para siswa/i baru pun pada bulan April tampil tidak kalah "baru" daripada para karyawan tersebut. Yang paling menyolok adalah ransel-ransel mengkilat seperti ini yang tentu saja masih bau toko hehehehe.... Setelah upacara penerimaan siswa baru selesai, mulai minggu berikutnya, para murid baru mulai belajar seperti biasa. Para murid kelas satu ini masing-masing mempunyai partner yang sudah ditunjuk oleh wali kelas mereka. Partner yang merupakan murid kelas 6 ini bertugas membantu agar para murid baru itu lekas terbiasa dengan kehidupan di SD. Waktu Banyu duduk di kelas 1 dulu, dia sering bercerita bahwa setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, partner kelas 6 nya selalu datang ke kelas, untuk sekedar mengajak ngobrol, melipat origami, ataupun menyanyi bersama. Selain itu, pada saat istirahat pergantian jam pelajaran, partnernya juga selalu datang untuk kembali mengajak bermain. Kadang-kadang Banyu menerima surat yang ditulis oleh partnernya itu, di hari natal, hari anak perempuan atau hari-hari perayaan lain, si partner juga selalu mengirim kartu buatan sendiri bertuliskan kata-kata yang kadang-kadang membuat saya terharu. Hal itu berlangsung terus selama 1 tahun, dan tentu saja selama itu pula Banyu juga selalu menulis surat dan membuat kartu untuk partnernya tersebut.


Beberapa kartu dari murid kelas 2 dan kelas 6 yang diterima Banyu tahun lalu

Selain partner dari kelas 6, para murid baru juga memiliki partner dari kelas 2 yang bertugas memperkenalkan lingkungan sekolah dan sebagainya. Partner dari kelas 2 ini pun sering datang untuk bermain bersama dan mengirim berbagai kartu buatannya sendiri untuk Banyu. Waktu Banyu naik ke kelas 2, ia pun memiliki partner dari kelas 1 yang sudah ditetapkan oleh wali kelasnya. Suatu hari di minggu ketiga bulan April, tepatnya pada tanggal 19, ia dan semua teman-temannya yang duduk di kelas 2 bertugas memperkenalkan lingkungan sekolah kepada masing-masing partner mereka dari kelas satu. Selain sudah menunjuk dan menentukan setiap pasangan mereka, wali kelas juga menetapkan rute yang harus dilewati. Bahkan saya dengar mereka sudah berlatih, semacam gladi resik (tanpa anak kelas 1) untuk acara hari itu.


Kertas panduan bagi anak kelas 2 yang berisi nama mereka,
nama partner kelas 1 dan rute yang harus dilewati

Ketika hari yang ditetapkan tiba, para murid kelas 2 datang ke ruang kelas 1, mengucapkan salam ke wali kelas 1 lalu menjemput partner kelas 1 nya. Setelah itu mereka berdua berjalan keluar menuju tempat yang sudah ditetapkan seperti ruang UKS, ruang komputer, ruang kepala sekolah, ruang dapur, perpustakaan dan sebagainya. Sambil berjalan bergandengan tangan ke sana, murid kelas 2 menjelaskan tempat apa yang mereka kunjungi dengan suara rendah agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas lain.

Selain untuk membantu agar murid baru cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk memberi tanggung jawab kepada murid yang lebih besar kepada murid yang lebih kecil. Para murid yang baru saja naik kelas dua diberi kesadaran bahwa kini mereka sudah jadi kakak-kakak yang bertanggung jawab terhadap adik-adik di kelas 1. Sedangkan murid kelas 6 semakin menyadari bahwa sebagai murid di kelas yang paling tinggi, mereka bertanggung jawab melindungi dan membuat adik-adik kelasnya nyaman dan secepat mungkin beradaptasi dengan lingkungan baru.

Suatu program dari murid untuk murid itu sendiri!






May 23, 2013

Ikan Mas dari Ryogo






Wisanggeni (dan saya) punya hobi baru. Kami sekarang punya dua ekor ikan mas yang kami letakkan di atas rak persis di depan pintu masuk rumah kami. Minggu lalu ketika saya dan Wisang mampir ke rumah K san, ibunya tiba-tiba menawari Wisang apa mau memelihara dua ekor ikan mas. Putra tertua ibu K yaitu Ryogo yang sekarang sudah duduk di SD kelas satu memang dulu akrab sekali dengan Wisang ketika masih sama-sama di TK penitipan. 

Tadinya saya ragu-ragu karena kami sudah beberapa kali memelihara ikan mas setiap musim panas tetapi selalu mati. Setiap musim panas di mana-mana selalu diadakan festival tari Bon (Bon Odori), tidak terkecuali di daerah dekat kami tinggal. Festival ini biasanya diadakan di taman, lapangan atau halaman jinja. Selain mengadakan tari-tarian, biasanya di festival itu banyak orang jualan, mulai dari mi goreng, sate ayam sampai mainan anak-anak. Salah satu stand favorite anak-anak adalah stand kingyo sukui (menyendok ikan mas). Dengan membayar 200 yen anak-anak bisa menyendok ikan mas sebanyak-banyaknya menggunakan semacam jaring yang diberikan oleh penjaga stand. Yang menarik adalah jaring ini bukan jaring biasa, tetapi terbuat dari kertas sehingga gampang robek di dalam air kalau tidak pintar-pintar menggunakannya. Kalau sudah robek artinya permainan sudah selesai, kalau menginginkan jaring yang baru harus membayar 200 yen lagi. Anak yang pintar bisa dapat sampai 10 ekor ikan mas tanpa merobekkan jaring. 

Kingyo Sukui
Lihat jaring kami sudah robek! Hahhahaa


Jadi setiap musim panas kami selalu menenteng beberapa ekor ikan untuk dipelihara di rumah. Biasanya ikan itu akan mati dalam 2 atau 3 hari, mungkin karena kami tidak serius memelihara ikan itu, jadi kali ini pun saya pesimis ketika ibu K menawarkan ikannya untuk kami bawa. Tetapi Wisang tampaknya ingin sekali menerima ikan itu, jadi saya menerimanya disertai sedikit makanan ikan untuk dibawa pulang. Ibu K berpesan agar  ketika mengganti airnya, jangan langsung menggunakan air ledeng tetapi menggunakan air ledeng yang minimal sudah didiamkan semalam atau lebih.

Tentengan berisi ikan mas dari festival musim panas

Karena tidak yakin ikan itu akan hidup lama, awalnya saya hanya memindah ikan itu ke dalam ember dan saya taruh di luar rumah kami. Setiap hari saya dan Wisang mengganti air dan memberi makan ikan itu. Hampir dua minggu berlalu, mereka tidak mati bahkan semakin besar. Waaaah senangnya Wisang! Karena kasihan, saya lalu mengusulkan kepada Wisang untuk memindah ikan itu ke dalam kotak untuk memelihara serangga yang biasa dipakai untuk memelihara berbagai macam serangga kesukaan Wisang. Kami lalu memindahkan ikan-ikan itu dan memasukkan berbagai macam kelereng supaya rumah baru ikan itu tampak sedikit ramai. Tampaknya ikan-ikan itu pun senang berada di rumah barunya. Setiap hari saya lihat mereka berenang ke sana kemari dengan lincahnya. 

Tadi pagi saya bertemu dengan ibu K ketika mengantar Wisang. "Bagaimana ikannya? Sudah mati semua?" Hahhahaa saya tertawa mendengar pertanyaannya. Ketika ia mendengar bahwa dua ekor ikan yang kami terima waktu itu masih lincah-lincah saja, dengan herannya ia lalu menambahkan "Dari 10 ikan yang kami tangkap di sungai waktu itu, sekarang hanya tinggal satu ekor yang hidup, jadi saya kira ikannya Wisang juga sudah mati!" Hahahhaa.... 

Wisang dan saya sekarang punya kegiatan baru, setiap pagi kami mengganti air dan memberi makan ikan-ikan itu. Kadang-kadang Wisang mengajak bicara ikan-ikan itu kalau mau pergi "Sudah ya ikan Wisang pergi dulu." Hahahah.... 

Tadi pagi kami sibuk mencari dua nama buat ikan-ikan itu, apa ya nama yang lucu.....

Wisanggeni potong rambut


Wisang waktu dipotong rambutnya

Pertengahan bulan April lalu sampai sekitar awal bulan Mei, kami pulang ke Jogja. Sebelum berangkat saya sudah berjanji kepada Wisang untuk memotong rambutnya di Jogja. Rambut Wisang memang sudah sekitar satu setengah tahun tidak pernah saya potong, sehingga memanjang sampai ke pundaknya aka gondrong. Saya suka sekali melihat Wisang gondrong, tidak ada alasan khusus sih, cuma lucu aja hehehhe... Kebetulan di sini tidak ada peraturan anak laki-laki harus berambut pendek, jadi ini kali kedua saya sengaja memanjangkan rambut Wisang. Sayangnya karena Wisang berwajah mungil, setiap dia gondrong hampir semua orang yang yang tidak mengenalnya, seperti mbak-mbak penjaga toko, atau mas-mas petugas taman hiburan selalu menyapa dia dengan panggilan "mbak" karena mengira Wisang seorang anak perempuan. Awalnya dia cuek, lama-lama dia risih juga tampaknya dengan panggilan itu. Dia selalu bilang kepada lawan bicara yang memanggilnya "mbak" itu dengan kalimat "Ore wa otoko dayo!" yang artinya "Aku ini laki-laki lho" dan terperangahlah si lawan bicara mendapati Wisang ternyata bukan anak perempuan seperti yang mereka sangka. Hal ini berlaku di Jepang maupun di Indonesia. Meskipun dia sudah memakai pakaian laki-laki, kaos ultraman dan sebagainya, tidak jarang mereka tetap mengira Wisang anak perempuan. 

Banyu, Wisanggeni, Papa Prima sebelum potong rambut

Akhirnya mungkin karena sebal, lama-lama dia minta potong rambut dan saya janjikan nanti kita akan potong rambut di Jogja ya. Beberapa hari sebelum kembali ke Tokyo, kami mengajak Wisang ke pangkas rambut yang ada di sekitar jalan Gunung Ketur. Karena penuh, kami harus menunggu sebentar, ketika tiba gilirannya, mas-mas kapster bertanya kepada saya "Siapa yang mau potong bu?" Ketika saya menunjuk Wisang yang duduk di sebelah saya, dengan wajah terkejut dia berkata "Haaa, perempuan???" Mungkin dia heran kenapa anak perempuan bukannya diajak potong ke salon tapi ke pangkas rambut khusus laki-laki. Saya bilang "Bukan mas, ini anak laki-laki kok," dan meledaklah tawa kami semua.


Keliatan bandelnya sekarang!

Wisang tampaknya sangat excited dipotong rambutnya, saya perhatikan ia lama-lama melihat kaca, memandangi perubahan wajahnya dari berambut gondrong berubah ke rambut cepak. Ketika sudah selesai dia tampak sedikit heran memandangi anak laki-laki yang ada di depan kaca, karena wajah manisnya berubah menjadi wajah seorang anak laki-laki yang (tampaknya) bandeeeeel, hehehehe... Sayalah yang paling sedih, karena saya suka sekali Wisang dengan rambut gondrongnya. Tapi gak apa-apa deh, kapan-kapan kita gondrongin lagi ya Wis!!

Sekolah di Jepang: Pak Bon

Kemarin waktu saya menjemput Wisanggeni ke sekolahnya, saya melihat para bapak ibu guru bercelemek sedang menyikat kamar mandi, menyedot ruang kelas dengan vacuum cleaner, menyapu halaman dan sebagainya. Sebetulnya ini pemandangan yang sudah sering saya lihat tapi entah mengapa pemandangan kemarin tiba-tiba mengingatkan saya pada para penjaga sekolah alias Pak Bon di sekolah-sekolah Indonesia. Di sekolah Indonesia biasanya tugas bersih-bersih yang menyeluruh dilakukan oleh penjaga sekolah, pak bon, staf cleaning service atau apapun namanya. Anak-anak mungkin dilibatkan untuk menjaga kebersihan sekolah dengan menyapu kelas setiap hari, tetapi tugas menyapu halaman, mengepel semua ruangan termasuk ruang olah raga pasti tidak dilakukan oleh guru-guru.

Karena kesibukan saya banyak yang dimulai siang sampai malam hari, saya jarang menjemput anak-anak. Tugas menjemput biasanya dilakukan suami saya, sebaliknya saya yg bertugas mengantar setiap pagi. Tetapi karena kemarin adalah jadwal kunjungan rutin guru ke rumah kami, saya sengaja meliburkan diri karena Wisang harus dijemput pukul 3 sore (biasanya Wisang dijemput suami saya pukul setengah enam sore). Kunjungan rutin ini biasanya dilakukan oleh dua orang wali kelas setahun sekali pada bulan Mei. Rupanya pukul 3 sore adalah waktu para guru menyapu dan mengepel ruang kelas, membersihkan toilet dan lain-lain.

Begitu saya tiba di pintu depan sekolah Wisang pukul 3 lewat sedikit, Wisang muncul dari dalam sambil  menggotong kursinya ke arah ruang makan. Rupanya mereka sedang bersiap-siap makan snack sore, dan Wisang bertanya kepada saya apakah dia boleh makan snack dulu baru pulang atau tidak. Karena saya pikir masih banyak waktu sebab kunjungan guru dijadwalkan pada pukul setengah lima sore, maka saya mengizinkan dia untuk makan snacknya sebelum pulang. Sambil menunggu Wisang saya pergi ke kelasnya dan langsung menuju lokernya untuk mengambil tas Wisang. Di situ saya seorang wali kelasnya yaitu Ibu Y menyapa saya dengan wajah sumringah "Selamat sore ibu, pasti capek ya sudah beraktivitas seharian." Ibu Y mengenakan celemek dan sibuk menyedot seluruh ruangan menggunakan vacuum cleaner. Ada juga guru lain di situ yang tentu saja dengan ramahnya menyapa saya, guru itu pun sedang memegang sulak membersihkan alat-alat di ruangan itu. Setelah basa basi sebentar saya menuju ke loker Wisang. Keluar dari kelas saya berpapasan dengan wali kelas lain yaitu Bapak K yang sibuk memegang sikat panjang dengan celana dan lengan baju tergulung ke atas. Rupanya Bapak K sedang menyikat toilet anak-anak.

Di lain hari, pada pukul 6 sore saya juga sering melihat para guru menyapu halaman dengan sapu lidi, mengepel dan menyiram jalan di depan sekolah supaya tidak berdebu. Pada musim dingin ketika salju turun dengan lebatnya, bapak ibu guru, bahkan kepala sekolah pun turun ke jalan membersihkan salju yang menutupi jalan dengan sekop atau menyiramnya dengan air panas yang direbus di dapur sekolah. Semua mereka lakukan sendiri. Tidak ada penjaga sekolah, pak bon, apalagi staf cleaning service yang harus membersihkan sekolah setelah jam pelajaran usai. Anak-anak tentu saja juga dilibatkan dalam kegiatan menjaga kebersihan sekolah, tetapi pada dasarnya tugas bersih-bersih yang utama dilakukan bergiliran oleh para staf pengajar sekolah itu sendiri.

Hal ini juga berlaku sama di sekolah dasar. SD T dimana anak saya duduk di kelas dua ini tidak memiliki penjaga sekolah maupun staf bersih-bersih. Setiap hari anak-anak secara bergiliran bertugas menyapu, mengepel dan membersihkan ruang kelas bahkan toilet. Menyapu halaman dan jalan depan sekolah adalah tugas para guru. Setiap pagi, para guru bercelemek menyapu halaman sekolah, selain itu beberapa orang guru yang bertugas setiap pagi berdiri di gerbang sekolah untuk menyambut anak-anak yang datang berjalan kaki berombongan. Para guru dengan semangat mengucapkan "Selamat pagi!" dan para murid tentu saja dengan lebih semangat menjawab salam tersebut. 

Bila tidak ada acara khusus di sekolah, para guru TK maupun SD biasanya kebanyakan berbaju olah  raga atau minimal mengenakan pakaian yang mudah digunakan untuk bergerak. Guru-guru TK biasanya bercelemek di atas celana pendek dan kaosnya. Mereka selalu mengutamakan kemudahan bergerak daripada penampilan. Apabila ada acara khusus yang melibatkan orang tua murid atau acara tertentu barulah mereka mengenakan blazer atau jas. Jadi jangan membayangkan para guru itu menyapu menggunakan setelan safari apalagi jas lengkap berdasi!

Memang tidak bisa dipungkiri membayar staf khusus hanya untuk bersih-bersih memerlukan banyak biaya di sini, tetapi menjadi guru memang harus digugu dan ditiru, kalau murid melihat gurunya turun tangan sendiri untuk bersih-bersih sekolah, pastilah murid itu juga akan malu kalau tidak serius ikut berpartisipasi menjaga kebersihan sekolah. 

Mar 21, 2013

Salju 2013

Kyaaaaa....

Ternyata ada postingan bulan Januari yang  belum selesai ditulis dan tidak saya publish di antara banyak draft tulisan saya.

Daripada sayang karena sudah terlanjur ditulis, saya terusin aja deh ya.

Bulan Januari salju turun pertama kalinya untuk tahun ini di Tokyo. Lumayan lebat dan menumpuk. Untung hari itu saya tidak ada kegiatan jadi saya tinggal di rumah bersama Wisanggeni sambil memandangi lebatnya hujan salju yang turun dari balik jendela.

397663_10200520000668228_922088080_n.jpg



Keasyikan saya memandangi salju lama kelamaan berubah jadi kekuatiran melihat derasnya hujan salju yang tak kunjung berkurang. Bukan apa-apa. Keesokan harinya saya ada janji pagi-pagi, dan biasanya kalau salju turun lebat dan menumpuk seperti ini, keesokan harinya salju yang lembut seperti es serut ini akan berubah membeku dan menjadi mesin yang membuat orang jadi susah jalan dan terpeleset. Banyak orang yang terpeleset akibat salju beku ini, bahkan sampai mengalami patah tulang. Bila kita berjalan di atas salju yang baru turun memang terasa lembut dan empuk meskipun pasti basah kuyup, tetapi bayangkan saja bila salju itu mengeras menjadi seperti arena ice skating dan kita berjalan di atasnya bukan dengan sepatu khusus ice skating tapi dengan sepatu biasa! Kalau tidak hati-hati pasti terpeleset atau bisa terjembab kan.

306594_10200519999628202_1854962363_n.jpg


Memang ramalan saya menjadi kenyataan. Keesokan harinya, ketika saya membuka pintu apartemen, jalan di depan rumah saya penuh dengan tumpukan salju, jangankan naik sepeda untuk jalan kaki tanpa terpeleset saja butuh teknik khusus. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan kaki mengantar Wisang ke sekolahnya. Wisang sih seperti biasa kegirangan melihat salju dimana-mana, sementara saya stress karena takut terlambat akibat harus jalan timik-timik kata orang Jawa. Hehehee....

76086_10200519997308144_651433979_n.jpg


Dari rumah ke sekolah Wisang naik sepeda kira-kira perlu waktu 10 menit kalau santai-santai mengayuhnya. Sedangkan kalau jalan kaki sekitar 20 menit. Di hari yang bersalju seperti ini, saya membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai ke sana. Tas ransel di gendongan, tangan kanan menggandeng Wisang, tangan kiri membawa ransel Wisang dan berbagai keperluannya yang lain. Kami tidak bisa jalan cepat-cepat karena takut terpeleset, jadi saya sudah mengalokasikan waktu jauh lebih cepat daripada biasanya (meskipun demikian saya terlambat 10 menit dari jam janjian saya!). Beberapa kali Wisang dan saya hampir terpeleset, akhirnya Wisang satu kali terjembab di dekat sekolahnya, wah dia hampir menangis karena kesakitan untung cepat lupa sakitnya karena melihat para guru sibuk menuangkan air panas untuk mencairkan salju yang membeku agar anak-anak tidak terpeleset. Saya mengagumi kerja keras para guru itu, bahkan kepala sekolah pun turun tangan ikut sibuk menyirami salju di depan sekolah.

735197_10200514164762334_29253272_n.jpg
Salju beku yang sudah disiram air panas

Dari sekolah Wisang saya harus jalan kaki lagi selama lebih dari 30 menit ke stasiun. Waaah hari itu rasanya capek sekali karena harus selalu menjaga keseimbangan agar tidak jatuh, tapi senang juga karena bisa melihat salju untuk pertama kalinya di tahun ini!