Hari ini untuk pertama kalinya saya menghadiri open class di SD Banyu. Sejujurnya hari ini saya tidak tahu kalau kami para orang tua murid boleh ikut berada di dalam kelas menyaksikan proses belajar mengajar karena hari ini saya sebenarnya diundang untuk "ngobrol-ngobrol" dengan kepala sekolah. Ternyata setelah acara bincang-bincang itu selesai kami (5 orang wali murid) dipersilakan pergi ke kelas selama sekitar 10 menit.
Sebenarnya apa sih open class ini. Open class biasanya diadakan beberapa kali dalam satu tahun. Kebetulan kali ini yang pertama setelah anak-anak kelas satu masuk pada bulan April lalu. Tujuannya adalah supaya orang tua bisa menyaksikan proses belajar mengajar dan melihat bagaimana si anak ketika berada di dalam kelas. Kami para orang tua murid yang hadir berdiri dengan tenang di belakang kelas sambil memperhatikan guru dan murid berinteraksi. Sayangnya karena alasan privasi kami dilarang mengambil foto di kelas. Selain itu tentu saja kegiatan memotret bisa mengganggu konsentrasi guru dan juga murid-murid yang mungkin saja juga tegang karena tiba-tiba ada ibu-ibu yang ikut di dalam kelas.
Sayangnya hari ini ketika saya tiba di kelas Banyu, jam pelajaran ke tiga baru saja usai dan mereka baru akan mulai tes bahasa Jepang yang akan dimulai pada jam ke empat. Ada dua baru yang saya temui hari ini. Yang pertama, setiap akan mulai jam pelajaran, anak yang bertugas hari itu (touban 当番)mengatakan "Jam pelajaran ke.... akan dimulai" dan teman-teman sekelasnya yang duduk dengan sikap tegak akan menyahut "Mulaaaaaiiiiii." Wow lucu juga ya, meski saya sudah berkali-kali diminta mengajar di SD untuk mata pelajaran Multicultural Understanding, tapi saya belum pernah menemui yang seperti ini. Yang kedua, kebetulan ketika kami datang mereka akan menempuh tes alias ulangan (dan ulangan ini tidak pernah diumumkan kapan akan diadakan, jadi selalu mendadak), begitu ibu guru wali kelas mengatakan akan ada tes, anak-anak langsung sibuk mengubah arah meja dan kursinya. Awalnya saya kaget juga, ini pada ngapain sih kok ribut banget geser-geser meja dan kursi. Biasanya pada jam pelajaran biasa mereka duduk berdua-dua dalam dua deret dengan meja kursi masing-masing yang tidak terangkai. Tetapi ketika ulangan, mereka harus duduk sendiri-sendiri, dan separuh kelas menghadap ke tembok kanan serta separuhnya lagi ke tembok kiri. Katanya sih supaya gak pada nyontek-nyontekan. Bagus juga kan.
Ulangan Matematika Banyu beberapa hari yang lalu Dapat nilai 100 lhooooo.... |
Saya lihat Banyu segera mengerjakan soal-soal begitu lembar soal dibagikan. Agar kami tidak mengganggu jalannya ulangan, kami lalu diajak ke kelas lain, yang kebetulan sedang ada pelajaran bahasa Jepang pada jam ke empat itu. Untuk informasi, pelajaran SD kelas satu adalah Matematika, Bahasa Jepang, Pendidikan Moral, Musik, Olahraga, dan Ketrampilan, meski demikian yang hampir dominan ada setiap hari adalah olahraga, bahasa Jepang dan matematika. Di kelas sebelah yang sedang belajar bahasa Jepang, kami melihat bagaimana anak-anak diajari membaca. Mereka harus duduk dengan sikap tegak dan buku dipegang di depan mereka (tidak boleh ditidurkan di meja) lalu membaca bersama bagian yang sudah ditentukan dengan suara keras. Apa yang dibaca ini biasanya sudah sesuai dengan PR membaca di rumah yaitu honyomi. Saya lihat ibu guru yang mengajar dengan aktif menggunakan banyak alat peraga mulai dari gambar sampai kantong plastik dan topi beruang. Kebetulan yang dibaca adalah cerita seekor beruang yang menemukan kantong lalu diserahkan kepada temannya si tupai. Tetapi setelah dilihat ternyata isi kantong itu sudah berjatuhan karena kantongnya robek. Setelah membaca ibu guru bertanya beberapa isi bacaan, dan anak-anak saya lihat sangat aktif mengangkat tangan. Anak yang ditunjuk untuk menjawab segera berdiri dari duduknya dan pindah ke belakang kursinya lalu mulai menjawab dengan suara keras.
Saya sangat mengapresiasi adanya sistem open class ini. Saya rasa ini adalah kesempatan yang baik sekali bagi orang tua untuk bisa secara langsung melihat dari dekat bagaimana anak-anak belajar di dalam kelas. Saya tidak tahu apakah di Indonesia ada sekolah yang menerapkan hal seperti ini, tetapi rasanya bagus juga kalau sistem ini bisa ditiru di sana.
Banyu pinter yo...koyo ibu bapake....saiki umure piro Er?
ReplyDelete