Hari minggu tanggal 11 Desember yang lalu, kami menghadiri Christmas Concert yang bertujuan untuk menggalang dana bagi saudara-saudara di daerah bencana tsunami yaitu daerah Tohoku. Konser natal ini diadakan oleh yayasan yang menaungi sekolah Banyu dan bertempat di salah satu gedung pertemuan milik pemerintah daerah di Sagamihara. Selain sekolah Banyu dan Wisang, yayasan ini juga memiliki dua nursery school lain serta panti wreda. Yayasan ini setiap tahun pada bulan Desember memang selalu mengadakan konser dengan tujuan amal. Biasanya acara konser ini dibagi menjadi dua bagian. Tahun lalu bagian pertama diisi oleh penari dan penyanyi dari Okinawa yang menyanyikan dan menarikan lagu dan tarian khas daerahnya. Bagian kedua diisi oleh penyanyi yang diiringi oleh seorang pemain piano.
Kali ini, bagian pertama diisi dengan pertunjukan taiko. Tau kan apa itu taiko? Taiko adalah alat musik pukul asli Jepang serupa gendang namun berukuran besar. Gendang taiko biasanya terbuat dari kulit hewan, dan dipukul menggunakan dua stik kayu dengan sekuat tenaga untuk menghasilkan suara yang mantap. Jenis lagu yang dibawakan oleh grup taiko biasanya bermacam-macam, mulai dari yang biasa sampai yang beritme cepat dengan suara sangat keras sehingga menimbulkan kesan yang sangat ramai.
Pertunjukan taiko hadir bersama karakter yang disukai anak-anak |
Pengisi acara taiko hari itu adalah suatu kelompok yang bernama Soubu Myoujin Taiko (相武明神太鼓). Kelompok ini katanya bukan termasuk kelompok yang terlalu ramai lagu-lagunya. Mereka biasa tampil dalam festival-festival musim panas dan acara anak-anak, sehingga selalu menampilkan performance mereka bersama karakter-karakter seperti macan, beruang dan sebagainya. Karena kali ini adalah konser natal maka selain macan dan beruang turut hadir pula tonakai, alias rusa kutub untuk meramaikan suasana panggung. Grup ini terdiri dari pria dan wanita dengan berbagai usia antara 30-60 tahunan. Dengan celana hitam dan kaus tanpa lengan mereka tampak energik sekali memukul masing-masing taiko nya. Penampilan mereka diawali dengan lagu berjudul chirai (地籟)yang dibawakan oleh enam orang wanita berkaos putih dan hitam yang memukul gendang taiko berukuran sedang. Lagu selanjutnya adalah dakyuda (打響太), dibawakan oleh dua orang pria yang memukul gendang berukuran lumayan besar dari masing-masing sisi kiri dan kanan. Lagu selanjutnya, miyakedaiko (三宅太鼓), dibawakan oleh empat orang wanita dan satu orang pria yang sangat bersemangat.
Di tengah-tengah lagu tradisional itu, tak lupa mereka membawakan lagu yang sedang populer di kalangan anak-anak (dan dewasa), yang berjudul marumori (マルマルモリモリ), dan tentu saja mereka tak ketinggalan mengajak anak-anak ikut bergoyang menari sesuai irama. Lagu berjudul samurai dibawakan dengan atraktif sekali oleh sembilan orang penampil. Enam orang wanita berkaos pink memukul gendang taiko berukuran sedang, dan tiga orang (termasuk satu orang pria) memukul gendang taiko berukuran kecil di bagian belakang panggung. Lagu terakhir yang dibawakan adalah ciptaan kelompok itu sendiri yang berjudul soubunirendaiko (相武二連太鼓). Saya sangat terkesima menyaksikan penampilan terakhir mereka ini. Empat orang bapak memukul lima buah gendang taiko berukuran sedang, diiringi oleh dua orang wanita yang memukul gendang kecil. Yang mengundang tepuk tangan riuh dari para penonton adalah keempat orang lelaki itu ada kalanya memukul gendang taiko dengan tangan bersilangan (itulah sebabnya dibutuhkan lima dan bukan empat buah gendang), yang artinya tangan kiri dan kanan memukul gendang yang berbeda. Salah pukul dikit, bisa-bisa jari teman di sebelahnya yang terpukul stik! Setelah empat orang laki-laki itu selesai mereka langsung bertukar tempat dengan enam orang wanita yang memukul tujuh buah taiko dalam formasi sama dengan sebelumnya (lihat video paling atas).
Penampilan terakhir para penggebuk gendang taiko |
Sebelum masuk ke acara kedua, kami dipersilakan beristirahat di lobby untuk minum atau makan makanan kecil karena di dalam gedung tidak diperbolehkan makan atau minum. Selain itu memotret menggunakan lampu blitz pun juga dilarang. Sambil menunggu konser selanjutnya, Banyu dan Wisang menyempatkan diri untuk menulis pesan bagi anak-anak di daerah bencana lalu digantungkan di pohon natal yang ada di dekat pintu masuk. Pesan-pesan dari anak-anak itu nantinya akan disampaikan ke anak-anak melalui taman kanak-kanak yang ada di sana. Selain itu juga terdapat kotak sumbangan yang akan disalurkan sekolah ke daerah bencana.
Menulis pesan yang akan digantung di pohon natal lalu dikirim kepada anak-anak di daerah bencana tsunami |
Bagian kedua acara diisi oleh seorang penyanyi bernama Rannen dan pianis bernama Zaki (kedua-duanya wanita lho, heheheh....). Mereka membuka pertunjukan dengan menyanyikan lagu Amazing Grace dan dilanjutkan dengan menyanyikan berbagai lagu-lagu natal dalam bahasa Jepang. Saya lihat anak-anak yang hadir juga ikut menyanyikan lagu-lagu natal anak, seperti aka hana no tonakai (赤 鼻のトナカイ), awatenbo no santa claus (あわてんぼうのサンタクロース) dan sebagainya itu dengan semangat. Lagu-lagu itu kebanyakan bukan lagu natal asli Jepang, melainkan adaptasi dari berbagai lagu natal dalam bahasa Inggris atau Jerman. Sayangnya di tengah-tengah acara, Wisang yang tadinya bersemangat tampaknya sudah tidak dapat lagi menahan kantuk, sehingga tertidurlah ia di kursi dengan nyenyaknya. Hahhahaha......
Penyanyi dan pianis membawakan lagu-lagu natal yang syahdu |
Wisang asyiiiik tidur nyenyak di kursi |
Setelah pertunjukan selesai, beberapa anak yang dipilih dari masing-masing sekolah naik ke panggung untuk memberikan kenang-kenangan kepada semua pengisi acara. Setelah itu di lobby pengunjung berkesempatan untuk mencoba memukul gendang taiko atau berfoto bersama para pengisi acara. Banyu tentu saja tidak mau ketinggalan untuk mencoba memukul gendang taiko ini!
Banyu bersama teman-teman bersiap memberikan kenang-kenangan kepada para pengisi acara |
Saya perhatikan setiap tahun yayasan ini mengadakan acara konser selain dengan tujuan amal, juga bermaksud memperkenalkan budaya tradisional Jepang. Acara natal bukan hanya diisi dengan pesta makan saja tetapi juga mempunyai makna lain, yaitu memperkenalkan anak kepada budaya mereka dan mengajari mereka untuk menjadi berguna bagi sesama.
Wisang dalam bis sekolah sewaktu perjalanan pulang dengan wajah BeTe bangun tidur hihihiiii.... |
wah seru sekali yah
ReplyDeletecek kuota axis