Hari minggu kemarin lumayan cerah meski suhu masih di bawah 10 derajat. Banyu yang hobi berat makan sushi sejak pagi sudah mengultimatum kami bahwa hari itu ia ingin makan di rumah makan sushi langganan. Selesai bersih-bersih rumah, berangkatlah kami bersepeda ke sana. Karena sampai di sana pas waktu makan siang, tempat duduk penuh dan kami harus menunggu sekitar 30 menit. Agar para penunggu tidak bosan, maka di sana disediakan macam-macam buku untuk anak-anak maupun majalah untuk orang dewasa. Banyu dan Wisang segera mengambil buku-buku bacaan dan asik dengan bukunya masing-masing.
Ikan salmon kesukaan saya
Begitu nama kami dipanggil, kami segera menuju ke tempat duduk yang telah disiapkan. Tempat duduk tersebut berada tepat di samping semacam conveyer belt yang membawa sushi-sushi tersebut berputar dari satu tempat ke tempat lain. Kami bisa mengambil apa saja dari atas conveyer belt tersebut, atau memesan sushi melalui touch screen monitor yang ada di setiap meja. Sangat praktis sekali.
Setelah puas menyantap berbagai macam ikan dan seafood, kami pergi ke taman di dekat rumah, Plaza City Park (プラザシティ公園). Disana ada berbagai macam mainan anak-anak dan bangku2 untuk duduk-duduk santai. Banyu dan Wisang paling suka memanjat jungle gym (ジャングルジム)merah yang ada di sana. Wisang sibuk naik turun jungle gym itu dengan Banyu dan Mas Prima, saya lihat tangan kanannya memegang rubik yang dibawanya dari rumah. Saya segera mengingatkannya untuk menaruh dulu rubik itu agar dia bisa memanjat dengan leluasa menggunakan kedua tangannya. Tapi yaaah, seperti biasa Wisang selalu bilang "ii no" yg artinya "gak papa kok" Baru saja saya menutup mulut, tiba-tiba terdengar suara gedebug yang heboh dan dilanjutkan dengan tangisan Wisang yang super keras "Huaaaaaa huaaaaaaa itaaaaaaiiiiiiiii." Ternyata dia jatuh dari atas jungle gym besi itu, dan kepalanya terbentur besi di bawahnya. Jatuh tertelungkup dengan muka menghadap ke bawah bergesekan dengan kerikil di bawahnya pasti sakit untuk anak usia 3 tahun.
Saya segera berlari mendapatkan Wisang, saya lihat pelipis kanannya mengeluarkan darah dan dahinya sudah benjol sebesar buah salak. Hahhaha.... antara kasian, geli, dan sebel sama mas Prima, saya cepat-cepat membersihkan lukanya. Setelah saya pastikan jari-jari tangannya baik-baik saja, tidak ada yang patah, dia juga tidak muntah maupun pusing, saya ajak dia pulang. "Demo, Wisang wa mada suberidai asonde nai!" (Tapi Wisang belum main prosotan) begitu jawabnya. Ya ampuuuun, muka sudah berdarah-darah, masih pingin main lagi. "Ya udah deh, meluncur sekali trus pulang ya." kata saya.
Wisang dan benjolnya, hihihiii....
Sampai di rumah pun, Wisang tidak mau segera masuk ke rumah. Malah sibuk mengeluarkan sepeda bersama kakaknya. Sehingga saya terpaksa harus berlari-lari kecil untuk memberi betadine dan membersihkan lukanya. Untunglah dia mau, meski sambil menangis teriak-teriak.
Hehehehe... Wisaaang... Wisang.... ada-ada ajaaaa....
Namanya juga anak laki ya kaka Wisang... nanti kalo sudah besar, buat journal yang isinya perjalanan berdamai dengan mainan ;) hahaha.. salam sayang dari tante nina
ReplyDeleteThanks ya tante. Peluk utk dik Jas juga. Wisang itu sebulan ini lg suka dg snake rubic itu lho, dia selalu berkhayal bhw itu pedangnya (dibuat bentuk kayak pedang) atau pistol atau apa deh, trs bergaya ditaruh di pinggangnya kayak samurai atau sherif hahahha...
ReplyDelete