Sebenarnya saya sudah lama sekali ingin menulis mengenai tema ini, tetapi sulit sekali mencari waktu untuk mengumpulkan memori untuk dijadikan satu tulisan, hehehe.... Kali ini tulisan saya mengenai otomari yang artinya sebenarnya adalah menginap, bisa di sekolah atau di tempat wisata selama 1 malam bersama guru-guru dan teman sekelas, tanpa orang tua. Di sekolah anak-anak saya, otomari merupakan program tahunan yang dilaksanakan 1 atau 2 kali setahun, biasanya pada pertengahan musim panas, yaitu bulan Juli. Kegiatan ini hanya diperuntukkan bagi anak-anak usia 3-5 tahun, jadi anak-anak usia kecil, dibawah 1 tahun sampai 2 tahun tidak mengikuti kegiatan menginap ini. Alasannya karena mereka masih terlalu kecil dan belum bisa mengurus diri sendiri. Anak usia 3 tahun keatas dianggap sudah bisa mengurus dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Tahun ini kegiatan otomari untuk kelas Laut, yaitu kelas dimana Banyu dan Wisanggeni terdaftar jatuh pada akhir bulan Juli. Bagi Banyu ini adalah otomari yang kedua, karena tahun lalu ketika berusia 4 tahun Banyu sudah mengikuti kegiatan ini. Bedanya tahun lalu kegiatan otomari ini diadakan di penginapan di daerah wisata alam di Tsukui, sedangkan tahun ini hanya menginap di sekolah. Bagi Wisang ini adalah untuk pertama kalinya ia harus tidur tanpa mommy nya. Banyu yang memang sangat aktif dan terbuka menunggu-nunggu datangnya hari otomari ini dengan sangat excited, dia sudah merencanakan akan tidur bersebelahan dengan siapa pada malam harinya (yang pasti bukan dengan Wisang hehehhe....), sedangkan Wisang setiap hari mengatakan "Wisang gak suka otomari!" apabila saya sudah mulai menggiring pembicaraan ke arah tersebut. Maklumlah, Wisang kalau dengan saya seperti ada magnetnya, jadi nempeeeel terus. Pasti dia merasa tidak nyaman membayangkan tidur malam tanpa bisa pegang pipi saya (kebiasaan lucunya hehehhe...).
Kegiatan otomari ini biasanya diisi dengan jalan-jalan, bisa ke gunung atau ke sungai bila tidak hujan. Bila hari hujan, maka biasanya jadwal jalan-jalan dialihkan ke children center yang berfasilitas perpustakaan, area bermain dan berlatih, dan sebagainya. Selain itu, karena diadakan di musim panas, maka biasanya akan ada acara suika wari, atau memecah semangka. Anak yang akan memecah semangka berdiri terpisah sekitar 5 meter dari semangka, ditutup matanya dan membawa pemukul. Kemudian teman-teman satu timnya akan memberi tahu apakah dia harus melangkah ke kanan, ke kiri, berhenti atau masih harus maju. Teman-teman itu juga akan mengkomando si anak bila ia sudah sampai di depan semangka dan siap untuk memecahkannya. Semangka yang sudah dipecah ini lalu dimakan bersama-sama.
Kegiatan memecah semangka ini mengingatkan saya pada acara lomba-lomba peringatan 17 Agustus. Di daerah tempat saya tinggal ketika saya masih kecil, selalu diadakan berbagai macam lomba untuk anak-anak. Mulai dari balap karung, makan kerupuk, berjalan sambil mengemut sendok berisi kelereng, memasukkan paku ke dalam botol, dan sebagainya. Salah satu dari lomba yang populer adalah memecahkan plastik berisi air dengan mata tertutup menggunakan pemukul dari kayu. SOP nya persis sama seperti cara memecahkan semangka disini.
Pada malam hari di sekolah diadakan acara bertualang di dalam sekolah. Dalam keremangan mereka harus mencari 'harta karun' yang disembunyikan di berbagai tempat oleh guru-guru mereka. Menurut anak saya, ia dan teman-temannya sangat antusias menemukan harta tersebut meski sambil ketakutan karena ada saja anak yang usil menakut-nakuti dengan berlagak sebagai obake (hantu), gak di Indonesia, gak di sini ternyata sama aja hehehhe...
Setelah acara itu selesai, mereka lalu menuju ke sento atau tempat pemandian umum yang ada di dekat sekolah, dan mandi bersama di dalam bak besar yang disebut ofuro. Jangan membayangkan tempat pemandian umum ini kumuh seperti yang ada di terminal atau stasiun-stasiun kereta api di Indonesia. Tempat pemandian umum disini sangat bersih dan nyaman untuk menghilangkan penat. Kita bisa mandi bersama di dalam satu bak besar berisi air panas (bukan hangat hehehhe) sambil merilekskan otot-otot badan yang lelah dengan membayar antara 300-500 yen. Bagi kita yang tidak biasa bertelanjang di depan umum tentu saja sulit membayangkan masuk ke dalam satu bak bersama orang yang tidak kita kenal tanpa sehelai benang pun. Sebelum masuk ke bak, ada aturan tidak tertulis bahwa kita harus membersihkan badan di pancuran-pancuran yang disediakan. Biasanya disitu sudah tersedia sabun dan shampo untuk membilas badan. Setelah itu baru boleh masuk ke bak besar yang ada disana.
Hal yang selalu membuat saya terharu adalah bagaimana guru-guru di sekolah menyemangati anak-anak untuk bisa melakukan segala sesuatunya sendiri selama 2 hari 1 malam itu. Sebagai hadiah, biasanya anak-anak diberi semacam medali berisi pesan dan pujian dari wali kelas yang menggambarkan anak-anak tersebut sebagai pribadi yang spesial dan pemberani. Selain pesan dari wali kelas, kami para orang tua juga harus menyerahkan pesan di kertas kecil yang nantinya juga akan ditempel di medali itu beserta foto kenang-kenangan kegiatan mereka. Efeknya, anak-anak menjadi lebih percaya diri, mandiri dan lebih bertanggung jawab akan diri sendiri dengan kegiatan ini.
Medali Otomari tahun 2011 berbentuk semangka, lucunya... |
Pada malam hari di sekolah diadakan acara bertualang di dalam sekolah. Dalam keremangan mereka harus mencari 'harta karun' yang disembunyikan di berbagai tempat oleh guru-guru mereka. Menurut anak saya, ia dan teman-temannya sangat antusias menemukan harta tersebut meski sambil ketakutan karena ada saja anak yang usil menakut-nakuti dengan berlagak sebagai obake (hantu), gak di Indonesia, gak di sini ternyata sama aja hehehhe...
Setelah acara itu selesai, mereka lalu menuju ke sento atau tempat pemandian umum yang ada di dekat sekolah, dan mandi bersama di dalam bak besar yang disebut ofuro. Jangan membayangkan tempat pemandian umum ini kumuh seperti yang ada di terminal atau stasiun-stasiun kereta api di Indonesia. Tempat pemandian umum disini sangat bersih dan nyaman untuk menghilangkan penat. Kita bisa mandi bersama di dalam satu bak besar berisi air panas (bukan hangat hehehhe) sambil merilekskan otot-otot badan yang lelah dengan membayar antara 300-500 yen. Bagi kita yang tidak biasa bertelanjang di depan umum tentu saja sulit membayangkan masuk ke dalam satu bak bersama orang yang tidak kita kenal tanpa sehelai benang pun. Sebelum masuk ke bak, ada aturan tidak tertulis bahwa kita harus membersihkan badan di pancuran-pancuran yang disediakan. Biasanya disitu sudah tersedia sabun dan shampo untuk membilas badan. Setelah itu baru boleh masuk ke bak besar yang ada disana.
Bagian dalam medali ditempel foto serta kertas kecil berisi pujian dari wali kelas dan orang tua |
No comments:
Post a Comment