Nov 2, 2011

A Visit to Tokyo Tower

Bersama si Nopopo maskot Tokyo Tower

Tanggal 24 September 2011 yang lalu, sebelum dingin benar-benar tiba di kota kami, kami  memutuskan untuk mengunjungi Tokyo Tower yang berada di pusat kota Tokyo. Meskipun saya sudah beberapa kali ke sana, tetapi anak-anak selama ini hanya mendengar ceritanya dari lagu-lagu yang diajarkan di sekolah sehingga sudah lama ingin kesana. Sedangkan suami saya hanya pernah melewatinya ketika kami berdua berkencan kecil naik skybus (bus tingkat tanpa atap) keliling Tokyo dan Odaiba bulan July yang lalu ketika anak-anak camping di sekolah.

Di atas Sky Bus
Karena suami saya ingin memotret Tokyo Tower yang di light up, maka kami memutuskan pergi kesana pada sore hari supaya bisa menikmati light up-nya. Tokyo Tower yang terletak di Minato Ward ini dibuka pada tahun 1958, memiliki tinggi 333 meter dan berat 4000 ton. Menara ini merupakan menara tertinggi di Tokyo sampai saat ini, tetapi tampaknya sebentar lagi akan tersaingi dengan menara baru yaitu Sky Tree. Sky Tree yang dirancang memiliki ketinggian 634 meter ini akan rampung pembuatannya pada tahun 2012 yang akan datang. 







Sebelum masuk ke dalam menara kami tertarik dengan pemain topeng monyet yang asik ngamen di halaman Tokyo Tower. Seperti biasa si monyet melakukan beberapa atraksi akrobat dan ketrampilan yang mengundang decak kagum anak-anak yang menontonnya. Bedanya dengan topeng monyet Indonesia, monyet yang main akrobat berbadan besar serta tampak bersih dan sehat. Hehehehe....

Topeng monyet ala Jepang

Tiket masuk ke Tokyo Tower bervariasi mulai dari 310 yen untuk anak di atas 4 tahun, 460 yen untuk anak SD, SMP dan 820 yen untuk SMA ke atas, termasuk umum dewasa. Tokyo Tower memiliki 2 menara observasi yaitu yang ada di ketinggian 150 dan 250 meter. Dengan tiket itu kita sudah bisa naik ke menara observasi setinggi 150 meter. Bila ingin naik ke menara observasi 250 meter kita harus membeli tiket khusus seharga 600 yen (dewasa).




Menara observasi yang ada di sini semua dikelilingi oleh kaca bening sehingga kita leluasa melihat pemandangan kota. Selain itu, di beberapa tempat di lantai juga ada look down window, yaitu jendela kaca di lantai yang memungkinkan kita untuk mengintip kaki menara dan pemandangan di bawahnya (sangat tidak direkomendasikan untuk yang memiliki penyakit takut ketinggian hehehhee...).

Ngintip look down window yang kecil, ada juga jendela sejenis
dengan ukuran jauh lebih besar di bagian yang lain

Cone yang berbentuk menara observasi Tokyo Tower
Sambil menunggu gelap tiba, kami duduk di cafe yang ada di sana sambil menikmati pemandangan. Cafe itu tidak begitu besar tetapi bila beruntung dapat tempat duduk yang menghadap ke kaca observasi, tempatnya nyaman sekali untuk menikmati pemandangan malam hari dari atas menara. Berbagai makanan kecil seperti kue-kue basah, hamburger, pudding, jelly dan minuman mulai dari kopi, teh, soft drink sampai bir dan wine dijual disana. Sementara anak-anak asik menikmati soft cream nya, suami saya sibuk memotret pemandangan malam dari atas menara. Kami pernah melihat si salah satu acara di televisi, bila kita berdiri di salah satu sudut tertentu, maka di malam hari jalan bercabang yang ada di bawah menara akan membentuk tiruan Tokyo Tower itu sendiri. Dan ternyata memang begitu, suatu kebetulan yang indah :)
"Tokyo Tower" versi jalan dari atas menara observasi

Pemandangan malam hari


Setelah puas menikmati pemandangan, kami mulai mengitari lantai observasi itu. Ada toko oleh-oleh yang menjual souvenir khas Tokyo Tower dan di dekat situ ada mesin khusus yang menjual gantungan kunci berbentuk medali yang bisa kita grafir sendiri menggunakan mesin itu. Sangat menarik karena kita bisa menulis nama kita atau apapun yang kita mau di gantungan kunci itu, sehingga kesannya orisinil sekali. Selain itu, di lantai yang sama juga ada jinja kecil dimana orang bisa bersembahyang disana. Lucu juga sembahyang di menara yang jadi tempat wisata hehhehee....

Jinja tempat sembahyang di menara observasi

Original key holder

Karena perut sudah lapar, maka kami buru-buru turun menuju food court yang ada di lantai bawah. Pilihan makanannya lumayan banyak, mulai dari junk food seperti Mac D, restoran ramen, pizza, pasta, rice bowl dan sebagainya. Tempat duduknya lumayan banyak dan luas, sehingga kami bisa duduk nyaman dan tidak makan dengan buru-buru di sana. Setelah selesai makan, kami melihat-lihat museum yang ada di lantai tersebut. Disitu ada beberapa museum, salah satunya adalah museum lilin yang memajang patung-patung orang terkenal, termasuk patung para kepala negara dan sebagainya. Selain itu, ada juga gallery pameran, tempat bermain anak-anak, dan akuarium yang berisi sekitar 50 ribu ekor ikan dari seluruh dunia. Waktu saya mengunjungi Tokyo Tower beberapa tahun yang lalu, disini ada trick museum, dimana kita bisa berfoto dengan gambar-gambar atau lukisan 3 dimensi sehingga kita tampak sebagai bagian dari lukisan-lukisan tersebut.

Museum Lilin

Rumah Hantu

Selain itu, di lantai yang sama juga ada 4D Theater, Rumah Hantu, dan berbagai toko oleh-oleh khas Tokyo. Di sudut-sudut ruangan tampak pula para peramal garis tangan dan seniman yang menawarkan jasanya untuk melukis wajah kita, lumayan menarik. Di sisi lain, juga dipamerkan gambar anak-anak SD yang (saat itu) bertema kebakaran, sehingga gambarnya kebanyakan berupa mobil pemadam kebakaran dan sebagainya.

4D Theater

Sudut Peramal Garis Tangan

Seniman Pelukis Wajah


Setelah puas berfoto-foto dengan Tokyo Tower yang indah kami pun pulang karena malam makin larut dan dingin makin menggigit.


No comments:

Post a Comment