Sep 7, 2011

Buku Penghubung TK

Kemarin, setelah seharian berada di kampus, akhirnya saya tiba juga di rumah hampir pukul 8 malam. Saya lihat anak-anak sudah mandi dan hampir selesai makan. Saya segera menyiapkan makan malam saya dan makan dengan cepat karena segera ingin istirahat. Setelah makan selesai, saya segera memeriksa buku penghubung (renraku no-to) guru dan wali murid yang memang harus saya isi setiap hari sambil membaca komentar guru kelas tentang kegiatan mereka hari itu. Buku penghubung ini ada di semua sekolah baik TK (youchien) maupun di TK yang sekaligus merupakan tempat penitipan seperti tempat kedua anak saya bersekolah (hoikuen). Bentuknya bisa berbagai macam tergantung sekolahnya, tetapi di sekolah Banyu dan Wisang, bentuknya berupa buku dengan ukuran hampir sebesar kertas A4 bersampul karton tebal berwarna pink. 

Apa saja sih isi buku penghubung ini, pengen tau kan.... hehhehe...
Kita mulai dari sampulnya, di sampul buku penghubung biasanya tertulis nama anak dan tahun ajaran. Selain itu, ada beberapa stiker tertempel disana. Awalnya saya mengira itu hanya stiker biasa untuk menyenangkan anak-anak. Tetapi ternyata semua stiker yang tertempel di sampul itu ada artinya. Anak-anak kecil tentu saja banyak yang belum bisa membaca, apalagi menulis. Naaaah, stiker ini fungsinya untuk memudahkan anak-anak mengenali buku dan loker miliknya.

Misalnya di buku penghubung Banyu yang digunakan ketika ia masih usia 4 tahun di kelas langit di bawah ini. Di sampul buku ada 3 stiker yaitu 2 stiker besar bergambar awan warna biru, jerapah dan 1 stiker kecil bergambar kepiting merah. Stiker bergambar kepiting ini ditempel juga di loker untuk menaruh tas, kantong piama dan lain-lain, loker sepatu yang ada di luar, dan  gantungan lap tangan dan kaki, sehingga anak-anak tidak bingung mencari lokernya masing-masing, karena dengan melihat stiker mereka, mereka sudah langsung tahu itu milik mereka. Tentu saja masing-masing anak memiliki stiker yang berbeda agar tidak tertukar.

Stiker awan biru artinya Banyu ada di kelas Langit (Sora), yang digambarkan dengan birunya awan. Stiker jerapah menyatakan bahwa Banyu ada di kelompok anak-anak usia 4 tahun yang disebut kelompok Jerapah (kirin). Sebagai informasi anak-anak usia 3-5 tahun ada di kelas yang sama lalu dibedakan lagi menurut kelompok umurnya, usia 3 tahun nama kelompoknya adalah koguma (anak beruang), usia 4 tahun kelompok kirin (jerapah) dan usia 5 tahun kelompok zou (gajah). Di sekolah Banyu ada 3 kelas untuk anak-anak usia 3-5 tahun ini, Yaitu kelas sora (langit), umi (laut), dan kelas yama (gunung). Isi masing-masing kelas merupakan campuran usia 3-5 tahun ini, jadi agak berbeda dengan TK di Indonesia yang satu kelas biasanya berisi anak dengan usia yang sama.

Di kelas Banyu dan Wisang misalnya, komposisinya adalah 5 orang anak kelompok gajah, 7 orang anak kelompok jerapah, dan sisanya 8 orang adalah anak kelompok koguma (termasuk Wisang). Tadinya saya agak heran dengan komposisi satu kelas berbagai usia ini, tetapi ternyata ini dimaksudkan agar anak-anak bisa berinteraksi dengan anak yang lebih kecil maupun yang lebih besar. Anak yang lebih besar harus membantu dan  melindungi anak-anak yang lebih kecil. Anak-anak usia tertinggi juga bertanggung jawab lebih banyak daripada anak-anak yang lebih kecil. Misalnya bila musim panas tiba dan mereka hari itu berkegiatan di kolam renang, maka anak-anak kelompok gajah dari semua kelas bertugas membersihkan kolam renang mereka dengan sikat dan alat lain. Hal ini membuat anak-anak semakin memiliki rasa tanggung jawab dan saling melindungi. Bagus juga kan, heehehee.... Di balik sampul bagian dalam tertulis informasi mengenai alamat dan no telp orang tua yang bisa dihubungi sewaktu-waktu bila si anak tiba-tiba sakit atau mengalami kecelakaan di sekolah.

Buku Penghubung milik Banyu ketika masih
di Kelas Langit Kelompok Jerapah tahun  lalu.


Halaman pertama berisi semacam kalender yang berfungsi sebagai
absensi anak. Setiap pagi anak harus mencap di kolom tanggal hari itu.
Di bagian dalam buku penghubung terdapat semacam kalender bulanan yang sekaligus berfungsi sebagai absensi, anak harus mencap di tanggal hari itu dengan cap yang sudah disediakan. Biasanya cap ini ada berbagai macam, disesuaikan dengan bulan yang sedang berjalan. Misalnya, bulan desember seperti foto diatas, capnya bermotif santa atau snowman. Bulan April biasanya bergambar bunga sakura dan sebagainya. Kegiatan mencap ini menjadi suatu ritual yang menyenangkan bagi anak karena bisa memilih cap mana yang disukainya. Selain itu, karena meja tempat mencap ini kecil, semua anak harus antri. Tidak boleh memotong atau dorong-dorongan. Kalau ada anak yang tidak mau antri, anak yang lain biasanya mengingatkan dengan mengatakan "Antri dong, gak boleh motong begitu." Dan si anak biasanya menurut. Budaya antri yang sudah dibiasakan sejak kecil ini bisa gak ya ditiru di Indonesia, hehehhe....

Selain kalender, di musim panas, isi buku penghubung bertambah 1 lembar lagi, yaitu kolom ijin orang tua apakah hari itu anak boleh ikut kegiatan di kolam renang atau tidak. Setiap pagi orang tua harus memberi tanda lingkaran bila anak boleh masuk kolam renang dan tanda silang jika anak tidak diijinkan, biasanya karena alasan kesehatan. Kalau mama lupa memberi tanda, akan diartikan anak tidak mendapat ijin sehingga pada hari itu anak hanya boleh berkegiatan di kelas atau di halaman. 

Kolom ijin ikut kegiatan di kolam renang
Halaman utama tentu saja halaman yang berisi kolom yang ditulis oleh guru dan wali murid. Di kolom ini diisi juga pemberitahuan apakah hari itu ada pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan gigi, atau ukur tinggi badan dan sebagainya. Kegiatan memantau perkembangan anak ini memang dilakukan secara rutin sekian bulan sekali. Dokter akan datang kesana untuk memeriksa semua anak. Biasanya bila hari itu ada pemeriksaan kesehatan, anak-anak saya akan bilang "Ma, tadi Banyu dihalo-halo (dihalo-halo artinya diperiksa pakai stetoskop maksudnya hehehhee) sama sensei." Saya perhatikan, sejak ada pemeriksaan rutin di sekolah ini, anak-anak jadi tidak pernah takut berkunjung ke dokter anak. Tapi memang dokter anak disini menyenangkan sih, hehehhe... Tentang hal ini akan saya tulis di tulisan yang lain.

Cap di kolom kanan ketiga dari bawah adalah pemberitahuan
bahwa hari itu diadakan pengukuran tinggi dan berat badan
Di halaman utama ini, orang tua harus menulis si anak malam tidur jam berapa dan paginya bangun jam berapa. Selain itu juga harus diisi apakah anak BAB atau tidak, suhu tubuh, dan menu sarapan paginya. Jadi ketahuan nih kalau menunya tiap pagi sama melulu hehehehe... Hal ini untuk memantau kondisi anak di sekolah. Misalnya kalau anak itu tiba-tiba demam atau lemas, guru akan melihat di catatan itu apakah sebabnya mungkin si anak tidur terlalu malam atau tidak cukup sarapan.

Di halaman terakhir buku ini, ditempel kertas yang berisi kolom perkembangan tinggi dan berat badan anak selama setahun. Jadi kita bisa mengetahui selama setahun anak kita tambah tinggi atau tidak dan sebagainya. Saya pribadi lumayan terbantu karena saya termasuk orang yang kurang teliti dengan hal-hal kecil seperti itu. Hehehhee...

Ternyata tahun lalu, dalam setahun Banyu bertambah tinggi 6 cm,
tapi kok beratnya cuman nambah 2 kg yaaa... Hehhhe...






7 comments:

  1. terimakasih atas postingnya. saya jadi punya reverensi untuk buku penghubung di tk saya. kalu boleh saya ingin tau detail yang ditulis di kolom guru. heheh saya gak bisa bhasa jp

    ReplyDelete
  2. Halo Shiragiku Akai, terima kasih ya sudah berkunjung kesini. Untuk detil yang ditulis di kolom guru, biasanya setiap hari guru menulis garis besar apa yang dilakukan anak pada hari itu. Misalnya mereka tadi main kemana, bermain apa, atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya apakah mereka tadi batuk-batuk atau keluar ingus atau agak demam dsb. Kadang-kadang guru juga menanyakan sesuatu hal di kolom itu. Kebetulan anak2 saya sudah di kelas anak besar, jadi kolom tulisan untuk guru hanya sedikit space nya. Ketika masih berusia di bawah 2 tahun, buku penghubung mereka lebih detil dan space utk menulis pun lebih banyak, mungkin karena anak yang masih (agak) kecil memerlukan penanganan yang lebih teliti daripada anak besar. Tapi pada dasarnya sih kolom guru itu untuk berkomunikasi antara guru dan wali murid saja, karena mungkin tidak sempat ngobrol waktu mengantar/menjemput anak.
    Mudah-mudahan membantu ya jawabannya, heheheh...

    ReplyDelete
  3. Terima kasih atas postingannya. postingannya bagus dan sangat menginspirasi sekali. kalau boleh saya tahu, apakah ada orang tua/wali murid yang tidak mengisis buku penghubung tersebut dengan alasan sibuk dan lain-lain?

    ReplyDelete
  4. Halo Ibu Umi Kulsum, terima kasih sudah mampir. Mohon maaf baru sempat balas karena saya baru pulang dari Indonesia. Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada ortu yang tidak mengisi buku itu. Sesibuk apapun, minimal mereka menulis kolom yang berisi jam berapa anak tidur dan bangun, serta suhu badan. Kalau saya sibuk atau terburu-buru biasanya di bagian kanan, saya hanya tulis satu kalimat yang berbunyi, hari ini anak saya sehat seperti biasa. Itu saja cukup. Seandainya ortu lupa membawa buku penghubung, maka guru kelas akan memberi kertas lembaran yang serupa kertas di buku tsb untuk diisi saat mengantar anak.

    ReplyDelete
  5. Suka sm postinganny mb... Menginspirasi

    ReplyDelete
  6. Sangat menarik postingannya.
    Wah, hal2 kecil juga sangat diperhatikan yaa di Jepang. Orang tua juga berarti mudah diajak kerja sama. Semoga Indonesia bisa terinspirasi baik guru maupun orangtuanya.

    ReplyDelete
  7. Sangat menarik postingannya.
    Wah, hal2 kecil juga sangat diperhatikan yaa di Jepang. Orang tua juga berarti mudah diajak kerja sama. Semoga Indonesia bisa terinspirasi baik guru maupun orangtuanya.

    ReplyDelete