Sep 16, 2011

Ketinggalan Barang Bawaan di Kereta

Selama beberapa tahun tinggal di Jepang, saya pernah beberapa kali ketinggalan barang bawaan, baik itu berupa barang belanjaan, jaket maupun tas bawaan saya di dalam kereta. Biasanya yang menyebabkan barang-barang ketinggalan itu adalah:
1. Saya terkantuk-kantuk di kereta dan hampir ketiduran atau mungkin malah kadang-kadang bener-bener ketiduran saking capeknya hehehhe...
2. Saya sibuk dengan handphone saya, entah balas-balas sms dan email, atau juga ngeblog dan lirik-lirik FB.
3. Sibuk mengkoreksi pekerjaan murid-murid sampai gak perhatian sudah sampai di stasiun mana.
4. Sibuk berpikir tentang persiapan presentasi, bila hari itu saya kebagian giliran presentasi di kampus.
5. Heboh ber-whatsapp atau YM dengan adik-adik saya.
6. Sibuk mengatur 2 anak saya yang super aktif alias gak bisa diam dan selalu ingin tahu supaya tidak ribut di kereta dan mengganggu penumpang lain.
7. Dan yang terakhir ini adalah yang paling sering saya lakukan yaitu melamun! Hehehhe... aneh kan, umur udah 30 something tapi hobby masih aja ngelamun atau mengkhayal :))


Akibat kesibukan-kesibukan saya yang kebanyakan amat sangat tidak penting itu, maka biasanya bila kereta sudah sampai di stasiun tujuan saya, saya tiba-tiba kaget dan langsung terbirit-birit turun dari kereta. Kalau barang bawaan saya hanya tas yang tidak berat, tidak jadi masalah, karena biasanya saya pangku atau saya gantung di pundak saya kalau saya harus berdiri karena tidak dapat tempat duduk. Sehingga ketika saya turun, tas itu pun ikut turun bersama saya. Yang jadi masalah adalah ketika bawaan saya berat dan banyak. Biasanya  tas atau bawaan saya yang agak berat itu saya taruh di amidana atau rak di atas tempat duduk penumpang. Rak itu terbuat dari besi dan motifnya seperti jalinan kepang sehingga disebut amidana, ami = jalin dana (variasi kata tana) = rak. Jadi biasanya kalau saya sibuk dengan anak-anak saya yang gak bisa diam itu, atau sibuk ngelamun, saya selalu terbirit-birit turun dan kadang-kadang melupakan bawaan saya yang ada di rak atas kursi.

Suatu hari dalam perjalanan menuju ke disneyland, waktu itu Wisang masih 2 tahun dan Banyu 4 tahun, saya seperti biasa sibuk dengan Wisang dan strollernya. Wisang yang seperti bermagnet dengan saya nempeeeelll terus dan tidak memperbolehkan papanya untuk mendorong strollernya. Lagipula suami saya sibuk menggandeng Banyu supaya anak saya yang suka meleng kemana-mana akibat rasa ingin tahunya itu tidak terpisah dari kami. Mungkin karena perjalanan di kereta lebih dari 15 menit maka suami saya meletakkan ranselnya yang berisi kamera dan beberapa lensa serta dompet dan barang-barang lain di rak di atas kursi. Begitu sampai stasiun Tokyo, kami cepat-cepat turun untuk mengejar kereta berikutnya. Dan apa yang terjadi selanjutnya..... ransel berisi kamera dan sebagainya tertinggal di dalam kereta. Itu pun kami sadari 10 menit kemudian ketika kami sudah turun dari track chuo line dan menuju ke track kereta lain. Bayangkaaaan, di stasiun segede gambreng itu, kami harus kembali lagi ke track chuo line untuk mencari ranselnya, waaaah sebel juga saya waktu itu. Kami langsung mengunjungi kantor petugas yang ada disana dan melaporkan barang kami yang tertinggal. Petugas dengan sopannya bertanya, kami naik dari stasiun mana, jam berapa, gerbong nomor berapa dan sebagainya. Tak lupa ciri-ciri tas dan isinya juga ditanya oleh pak petugas tersebut. Setelah mencari jadwal kereta (yang gak pernah telat disini) akhirnya pak petugas mengatakan bahwa kereta yang kami tumpangi tadi sudah berada di stasiun A, dan bila kami naik kereta ekspress jam sekian sekian, maka kami bisa menyusul kereta tadi di stasiun B. Wuiiiih detil sekali jadwal pak petugas disini ya, heheheh....

Karena kalau kami ber empat ikut mengejar ransel tersebut sampai stasiun B maka akan amat sangat tidak efisien, jadi saya memutuskan untuk mengajak anak-anak saya masuk ke restoran sandwich untuk makan pagi disana, dan suami saya mengejar kereta tersangka ketinggalan barang, hehehe.... Sekitar 1 jam kemudian suami saya datang dengan raut wajah keruh, saya tahu pasti ranselnya gak ketemu. Ya udah deh gak apa-apa, saya yakin ranselnya pasti akan ditemukan orang atau petugas stasiun. Akhirnya kami kembali lagi ke kantor petugas dan melaporkan bahwa ransel tidak bisa ditemukan. Pak petugas lalu menanyakan alamat dan no telpon kami, katanya kami akan dihubungi bila ransel itu ditemukan. Waaaah saya sebetulnya Bete banget hari itu. Apalagi di dalam ransel ada buku tabungan (buku tabungan disini bisa berfungsi sama seperti ATM sehingga bisa digunakan untuk melakukan transaksi keuangan di mesin-mesin ATM) dan lain-lain, terpaksa di stasiun yang ramai itu saya kalang kabut telpon ke ATM center dan sebagainya untuk memblokir rekening saya. Mau liburan malah jadi kesel deh hehehee.... Selain itu, bayangkan, ke disneyland tanpa kamera kan sama saja makan sayur tanpa garam!! Apalagi ini untuk pertama kalinya Wisang dan Banyu pergi kesana. Saya sebeeeelll banget, tapi apa boleh buat, the show must go on kaaaan... Akhirnya di disneyland jeprat jepret seadanya dengan kamera HP saya, apa boleh buat yang penting ada dokumentasinya, hehehhe....


Kira-kira pukul 5 sore pak petugas jalur chuo line menelpon ke HP saya dan mengatakan bahwa ransel kami sudah ditemukan. Puji Tuhan!!!! Syukur banget! Saya langsung bisa tersenyum saat itu juga hehehehe... Kami diminta untuk mengambil ransel itu di kantor petugas yang kami datangi tadi dengan membawa kartu identitas. Malam itu juga pulang dari disneyland kami mampir kesana untuk mengambil ransel tersebut. Isinya tidak ada yang hilang satu pun!! Kebayang deh kalau ketinggalannya di kereta atau KRL di Indonesia gimana yaaa.... Jangan harap bakal kembali deh hehehhe....

Toilet paper dan belanjaan saya
Di hari yang lain, setelah gempa besar yang terjadi pada bulan Maret saya sekali lagi ketinggalan barang berupa toilet paper segede gambreng (fyi: disini toilet paper biasanya belinya per pak, satu pak isi 12 rol) dan belanjaan lain. Biasanya untuk keperluan-keperluan seperti itu saya beli di sekitar rumah jadi tidak perlu repot-repot naik kereta. Naaah berhubung setelah gempa besar itu barang-barang keperluan sehari-hari sulit di dapat dan supermarket di dekat rumah saya sering kosong melompong, lihat tulisannya disini, jadi saya hari itu pergi ke supermarket yang berjarak beberapa stasiun dari rumah saya. Karena bawaannya saya banyak dan besar, maka saya taruh saja di atas rak. Begitu turun dengan buru-buru seperti biasa terlupalah si toilet paper segede gambreng itu. Saya cepat-cepat melapor ke bagian Lost and Found yang ada hampir di semua stasiun. Setelah menjelaskan ciri-cirinya, dan petugas mengkonfirmasi kepada masinis kereta yang baru saya tumpangi, saya diminta mengambil barang tersebut ke stasiun C. Sebenarnya bisa saja saya tidak usah repot-repot mengambil barang saya kesana karena petugas akan berbaik hati mengantar barang itu sampai ke stasiun terdekat dengan rumah saya, tetapi lagi-lagi karena efek gempa membuat semua petugas sibuk, maka barang saya baru bisa diantar 3 hari kemudian. Waaah kalau begini sih lebih cepat saya ambil sendiri. Petugas lalu memberi saya karcis gratis PP dari dan ke stasiun C.
Ini dia tiket PP gratis untuk mengambil
barang ketinggalan di stasiun tertentu

Layanan ini tentu saja membuat saya terkaget-kaget. Ketinggalan barang kan berarti kecerobohan kita, tetapi kita malah diberi tiket pulang pergi untuk mengambil barang tersebut. Waaaah disini layanan benar-benar dinomorsatukan. Di tiket itu tertulis tanggal dan nama stasiun asal dan tujuan. Meski agak repot karena harus meluangkan waktu mengambil barang itu ke stasiun lain, tapi saya puas sekali dengan layanan perkeretaapian disini.

Selain ketinggalan barang di dalam kereta, saya juga pernah ketinggalan dompet dan kartu langganan kereta di rumah padahal saya sudah sampai stasiun dan terburu-buru berangkat ke kampus. Mau kembali lagi ke rumah pasti makan waktu lama, sedangkan waktu saya terbatas. Saya lalu mencari petugas dan menjelaskan keadaan saya. Saya sih untung-untungan aja waktu itu. Kalau diperbolehkan naik ya syukur, kalau enggak ya apa boleh buat. Dan ternyata pak petugas memberi saya tiket gratis sampai stasiun yang saya inginkan. Mungkin dia kasian melihat wajah saya yang memelas dan hampir menangis, hehehehe... Tapi begitu melihat tulisan di karcis itu hancurlah hati saya, karena disitu tertulis 無礼証明 bureishoumei yang terjemahan bebasnya adalah bukti penumpang kereta yang tidak sopan!! Hahahhaha..... gara-gara gak bayar saya harus mau dianggap sebagai penumpang yang kurang ajar dan tidak sopan. Tapi apa boleh buat, yang penting saya segera bisa sampai ke kampus, hehehhe....

Tiket gratisan bukti saya penumpang yang tidak sopan gara-gara
ketinggalan dompet dan kartu langganan kereta, hihihii....

Kapan ya di Indonesia layanan perkeretaapian bisa seperti ini.... Minimal kejujuran harus dijunjung tinggi, sehingga barang hilang pun dijamin pasti kembali.


No comments:

Post a Comment