May 23, 2013

Ikan Mas dari Ryogo






Wisanggeni (dan saya) punya hobi baru. Kami sekarang punya dua ekor ikan mas yang kami letakkan di atas rak persis di depan pintu masuk rumah kami. Minggu lalu ketika saya dan Wisang mampir ke rumah K san, ibunya tiba-tiba menawari Wisang apa mau memelihara dua ekor ikan mas. Putra tertua ibu K yaitu Ryogo yang sekarang sudah duduk di SD kelas satu memang dulu akrab sekali dengan Wisang ketika masih sama-sama di TK penitipan. 

Tadinya saya ragu-ragu karena kami sudah beberapa kali memelihara ikan mas setiap musim panas tetapi selalu mati. Setiap musim panas di mana-mana selalu diadakan festival tari Bon (Bon Odori), tidak terkecuali di daerah dekat kami tinggal. Festival ini biasanya diadakan di taman, lapangan atau halaman jinja. Selain mengadakan tari-tarian, biasanya di festival itu banyak orang jualan, mulai dari mi goreng, sate ayam sampai mainan anak-anak. Salah satu stand favorite anak-anak adalah stand kingyo sukui (menyendok ikan mas). Dengan membayar 200 yen anak-anak bisa menyendok ikan mas sebanyak-banyaknya menggunakan semacam jaring yang diberikan oleh penjaga stand. Yang menarik adalah jaring ini bukan jaring biasa, tetapi terbuat dari kertas sehingga gampang robek di dalam air kalau tidak pintar-pintar menggunakannya. Kalau sudah robek artinya permainan sudah selesai, kalau menginginkan jaring yang baru harus membayar 200 yen lagi. Anak yang pintar bisa dapat sampai 10 ekor ikan mas tanpa merobekkan jaring. 

Kingyo Sukui
Lihat jaring kami sudah robek! Hahhahaa


Jadi setiap musim panas kami selalu menenteng beberapa ekor ikan untuk dipelihara di rumah. Biasanya ikan itu akan mati dalam 2 atau 3 hari, mungkin karena kami tidak serius memelihara ikan itu, jadi kali ini pun saya pesimis ketika ibu K menawarkan ikannya untuk kami bawa. Tetapi Wisang tampaknya ingin sekali menerima ikan itu, jadi saya menerimanya disertai sedikit makanan ikan untuk dibawa pulang. Ibu K berpesan agar  ketika mengganti airnya, jangan langsung menggunakan air ledeng tetapi menggunakan air ledeng yang minimal sudah didiamkan semalam atau lebih.

Tentengan berisi ikan mas dari festival musim panas

Karena tidak yakin ikan itu akan hidup lama, awalnya saya hanya memindah ikan itu ke dalam ember dan saya taruh di luar rumah kami. Setiap hari saya dan Wisang mengganti air dan memberi makan ikan itu. Hampir dua minggu berlalu, mereka tidak mati bahkan semakin besar. Waaaah senangnya Wisang! Karena kasihan, saya lalu mengusulkan kepada Wisang untuk memindah ikan itu ke dalam kotak untuk memelihara serangga yang biasa dipakai untuk memelihara berbagai macam serangga kesukaan Wisang. Kami lalu memindahkan ikan-ikan itu dan memasukkan berbagai macam kelereng supaya rumah baru ikan itu tampak sedikit ramai. Tampaknya ikan-ikan itu pun senang berada di rumah barunya. Setiap hari saya lihat mereka berenang ke sana kemari dengan lincahnya. 

Tadi pagi saya bertemu dengan ibu K ketika mengantar Wisang. "Bagaimana ikannya? Sudah mati semua?" Hahhahaa saya tertawa mendengar pertanyaannya. Ketika ia mendengar bahwa dua ekor ikan yang kami terima waktu itu masih lincah-lincah saja, dengan herannya ia lalu menambahkan "Dari 10 ikan yang kami tangkap di sungai waktu itu, sekarang hanya tinggal satu ekor yang hidup, jadi saya kira ikannya Wisang juga sudah mati!" Hahahhaa.... 

Wisang dan saya sekarang punya kegiatan baru, setiap pagi kami mengganti air dan memberi makan ikan-ikan itu. Kadang-kadang Wisang mengajak bicara ikan-ikan itu kalau mau pergi "Sudah ya ikan Wisang pergi dulu." Hahahah.... 

Tadi pagi kami sibuk mencari dua nama buat ikan-ikan itu, apa ya nama yang lucu.....

3 comments:

  1. Awesome information..
    Keep writing and giving us an amazing information like this..

    BW gan kunjungi nyapnyap.com

    ReplyDelete
  2. Awesome information..
    Keep writing and giving us an amazing information like this..

    ReplyDelete