May 23, 2013

Sekolah di Jepang: Pak Bon

Kemarin waktu saya menjemput Wisanggeni ke sekolahnya, saya melihat para bapak ibu guru bercelemek sedang menyikat kamar mandi, menyedot ruang kelas dengan vacuum cleaner, menyapu halaman dan sebagainya. Sebetulnya ini pemandangan yang sudah sering saya lihat tapi entah mengapa pemandangan kemarin tiba-tiba mengingatkan saya pada para penjaga sekolah alias Pak Bon di sekolah-sekolah Indonesia. Di sekolah Indonesia biasanya tugas bersih-bersih yang menyeluruh dilakukan oleh penjaga sekolah, pak bon, staf cleaning service atau apapun namanya. Anak-anak mungkin dilibatkan untuk menjaga kebersihan sekolah dengan menyapu kelas setiap hari, tetapi tugas menyapu halaman, mengepel semua ruangan termasuk ruang olah raga pasti tidak dilakukan oleh guru-guru.

Karena kesibukan saya banyak yang dimulai siang sampai malam hari, saya jarang menjemput anak-anak. Tugas menjemput biasanya dilakukan suami saya, sebaliknya saya yg bertugas mengantar setiap pagi. Tetapi karena kemarin adalah jadwal kunjungan rutin guru ke rumah kami, saya sengaja meliburkan diri karena Wisang harus dijemput pukul 3 sore (biasanya Wisang dijemput suami saya pukul setengah enam sore). Kunjungan rutin ini biasanya dilakukan oleh dua orang wali kelas setahun sekali pada bulan Mei. Rupanya pukul 3 sore adalah waktu para guru menyapu dan mengepel ruang kelas, membersihkan toilet dan lain-lain.

Begitu saya tiba di pintu depan sekolah Wisang pukul 3 lewat sedikit, Wisang muncul dari dalam sambil  menggotong kursinya ke arah ruang makan. Rupanya mereka sedang bersiap-siap makan snack sore, dan Wisang bertanya kepada saya apakah dia boleh makan snack dulu baru pulang atau tidak. Karena saya pikir masih banyak waktu sebab kunjungan guru dijadwalkan pada pukul setengah lima sore, maka saya mengizinkan dia untuk makan snacknya sebelum pulang. Sambil menunggu Wisang saya pergi ke kelasnya dan langsung menuju lokernya untuk mengambil tas Wisang. Di situ saya seorang wali kelasnya yaitu Ibu Y menyapa saya dengan wajah sumringah "Selamat sore ibu, pasti capek ya sudah beraktivitas seharian." Ibu Y mengenakan celemek dan sibuk menyedot seluruh ruangan menggunakan vacuum cleaner. Ada juga guru lain di situ yang tentu saja dengan ramahnya menyapa saya, guru itu pun sedang memegang sulak membersihkan alat-alat di ruangan itu. Setelah basa basi sebentar saya menuju ke loker Wisang. Keluar dari kelas saya berpapasan dengan wali kelas lain yaitu Bapak K yang sibuk memegang sikat panjang dengan celana dan lengan baju tergulung ke atas. Rupanya Bapak K sedang menyikat toilet anak-anak.

Di lain hari, pada pukul 6 sore saya juga sering melihat para guru menyapu halaman dengan sapu lidi, mengepel dan menyiram jalan di depan sekolah supaya tidak berdebu. Pada musim dingin ketika salju turun dengan lebatnya, bapak ibu guru, bahkan kepala sekolah pun turun ke jalan membersihkan salju yang menutupi jalan dengan sekop atau menyiramnya dengan air panas yang direbus di dapur sekolah. Semua mereka lakukan sendiri. Tidak ada penjaga sekolah, pak bon, apalagi staf cleaning service yang harus membersihkan sekolah setelah jam pelajaran usai. Anak-anak tentu saja juga dilibatkan dalam kegiatan menjaga kebersihan sekolah, tetapi pada dasarnya tugas bersih-bersih yang utama dilakukan bergiliran oleh para staf pengajar sekolah itu sendiri.

Hal ini juga berlaku sama di sekolah dasar. SD T dimana anak saya duduk di kelas dua ini tidak memiliki penjaga sekolah maupun staf bersih-bersih. Setiap hari anak-anak secara bergiliran bertugas menyapu, mengepel dan membersihkan ruang kelas bahkan toilet. Menyapu halaman dan jalan depan sekolah adalah tugas para guru. Setiap pagi, para guru bercelemek menyapu halaman sekolah, selain itu beberapa orang guru yang bertugas setiap pagi berdiri di gerbang sekolah untuk menyambut anak-anak yang datang berjalan kaki berombongan. Para guru dengan semangat mengucapkan "Selamat pagi!" dan para murid tentu saja dengan lebih semangat menjawab salam tersebut. 

Bila tidak ada acara khusus di sekolah, para guru TK maupun SD biasanya kebanyakan berbaju olah  raga atau minimal mengenakan pakaian yang mudah digunakan untuk bergerak. Guru-guru TK biasanya bercelemek di atas celana pendek dan kaosnya. Mereka selalu mengutamakan kemudahan bergerak daripada penampilan. Apabila ada acara khusus yang melibatkan orang tua murid atau acara tertentu barulah mereka mengenakan blazer atau jas. Jadi jangan membayangkan para guru itu menyapu menggunakan setelan safari apalagi jas lengkap berdasi!

Memang tidak bisa dipungkiri membayar staf khusus hanya untuk bersih-bersih memerlukan banyak biaya di sini, tetapi menjadi guru memang harus digugu dan ditiru, kalau murid melihat gurunya turun tangan sendiri untuk bersih-bersih sekolah, pastilah murid itu juga akan malu kalau tidak serius ikut berpartisipasi menjaga kebersihan sekolah. 

3 comments:

  1. hrsnya di Indonesia jg bisa gitu, mosok kalah sama Jepang, tp ya mental org kita ini rata2 pemales kali ya trs mbossi pula, apa2 kudu pake pak bon, cleaning service...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang jelas anak2 kudu diajari menghargai pekerjaan org lain, dan itu harus dicontohkan oleh yg dewasa kan hehehhe

      Delete
  2. suka banget bacanya sangat mendidik

    EMI

    ReplyDelete