Dec 4, 2011

Jalan-Jalan Ke Gunung Takao



Hari sabtu yang lalu, tanggal 26 November, kami sekeluarga memutuskan akan melewatkan hari yang cerah (tumben soalnya biasanya tiap weekend pas hujaaaan melulu) ini dengan jalan-jalan ke gunung Takao untuk menikmati daun-daun yang sudah mulai kemerahan di sana. Salah satu kesukaan saya di musim gugur memang jalan-jalan ke gunung atau tempat-tempat yang banyak pohonnya dan menikmati daun-daun yang berubah warna dari hijau ke kuning atau merah.






Karena anak-anak dan suami belum pernah berkunjung ke gunung Takao maka kami sengaja pergi ke sana meskipun letaknya hampir satu jam dari rumah menggunakan kereta. Mungkin karena faktor cuaca cerah dan hangat, ketika kami tiba di sana, kaki gunung sudah penuuuuuh sekali dengan para pengunjung dan pendaki. Mulai dari anak-anak, remaja, keluarga muda sampai kakek dan nenek yang dengan semangat menggendong ransel atau bahkan sekaligus membawa tongkat dan perlengkapan lain. Gunung Takao terletak di daerah Hachioji Tokyo dan tingginya sekitar 599 m. Tidak terlalu tinggi sehingga relatif mudah didaki dan membuatnya menjadi salah satu tujuan wisata dan piknik di musim gugur.



Keluar dari stasiun Takaosanguchi, kami disambut oleh petugas stasiun yang membagikan peta (tentu saja gratis) yang berisi rute-rute pendakian mulai dari yang mudah sampai yang sulit, restoran di sekitar situ, sampai obyek wisata seperti trick museum dan sebagainya. Di depan stasiun ada juga sebuah peta besar dan para penjual kastanye yang hangat dan maniiiss sekali. Baru melangkah sekitar seratus meter pandangan kami sudah digoda oleh seorang penjual ikan asap yang tampak menggiurkan. Banyu dan Wisang langsung teriak-teriak ingin makan ikan itu sehingga kami masuk antrian untuk membelinya. Harganya 500 yen 1 biji cukup mahal tapi rasanya memang enak sekali meski hanya dibumbui garam. 

Tampak lezat sekali kan ikan asap ini!


Selesai makan kami langsung menuju pintu masuk gunung Takao. Sejak dari rumah kami sudah sepakat akan menuju ke atas menggunakan cable car dan baru turunnya berjalan kaki. Selain cable car untuk naik ada juga fasilitas chair lift seperti yang ada di tempat-tempat ski. Karena pengunjung sangat penuh, maka untuk bisa naik cable car kami harus antri sekitar 30 menit setelah sebelumnya membeli tiket di vending machine yang tersedia. Harga tiket cable car dan chair lift sama yaitu 470 yen untuk orang dewasa dan 230 yen untuk anak-anak sekali jalan. Pengalaman naik cable car tampaknya sangat mengasyikkan bagi anak-anak saya karena baru kali ini mereka mengalaminya. Cable car yang mendaki langsung gunung yang curam tanpa berputar-putar mencari jalan datar seolah-olah memberi sensasi terbang bagi mereka. 

Cable Car

Chair Lift

Pemandangan dari dalam cable car
Sampai di atas kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sehingga kami masuk ke salah satu restoran yang ada di sana. Suami saya memesan tenpura soba sedangkan saya 1 set oden lengkap dengan nasi dan acar sayuran. Harga 800 yen lumayan mahal bila dibandingkan dengan rasanya, tapi apa boleh buat memang di tempat wisata biasanya harga jauh lebih mahal daripada di restoran biasa. Restoran itu sederhana tapi hangat. Kami harus membeli tiket menu pesanan kami di vending machine yang ada di luar bangunan lalu menyerahkannya di counter penerimaan pesanan. Semuanya self service sehingga kami harus mengambil sendiri air minum dan pelayan akan memanggil nomor pesanan kami lalu kami harus datang ke counter untuk mengambil baki yang berisi pesanan kami dan membawanya sendiri ke meja. Setelah selesai makan pun kami harus membereskan piring-piring makan kami dan membawa semua kotoran beserta bakinya ke counter piring kotor di dekat dapur.

Suasana di depan restoran yang penuh pengunjung hari itu

Sibuk mengintip lewat teropong :)

Pemandangan dari salah satu sisi gunung
Selesai makan kami mulai sedikit mendaki untuk melihat pemandangan. Dari tempat tertentu kami bisa memandang kota Tokyo di bawah kami, bila kurang jelas di situ tersedia teropong yang bisa digunakan dengan memasukkan koin 100 yen. Dari sana kami jalan lagi menuju "saru-en" yang bila diterjemahkan akan menjadi taman monyet. Ya, memang di sana terdapat sebuah taman dimana para monyet Jepang yang jadi penghuninya. Tiket masuknya dewasa 400 yen dan anak-anak diatas 3 tahun 200 yen. Monyet-monyet ini ditempatkan di suatu area tertentu yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai habitat aslinya. Kami bisa menonton tingkah para monyet itu dari dek yang terpisah sambil mendengarkan penjelasan petugas tentang tingkah laku para monyet itu. Seorang pemandu berada bersama monyet dan menjelaskan segala hal tentang keunikan monyet Jepang dibandingkan dengan monyet lain. Seorang petugas lain ada bersama kami di dek pengamatan. Petugas itu sudah tua namun sangat ramah dan siap menjawab segala pertanyaan anak-anak kecil yang merupakan sebagian besar pengunjungnya. Banyu pun tanpa canggung-canggung bertanya macam-macam kepadanya, mulai dari ada berapa monyet baby sampai bertanya kenapa mereka bertengkar (kebetulan ada monyet sedang berkelahi waktu itu). Seorang anak kecil lain seusia Banyu bertanya mana bos monyetnya dan berapa umur monyet termuda. Petugas itu dengan antusias menanggapi semua pertanyaan mereka dan menjelaskan sambil tersenyum ramah. 

Petugas yang bercerita tentang monyet Jepang

Petugas di dek pengamatan sibuk menjawab pertanyaan Banyu :)
Karena hari semakin sore dan kami semakin kedinginan maka kami memutuskan untuk cepat-cepat turun . Awalnya saya ingin mengajak mereka turun naik chair lift tetapi melihat antrian yang mengular panjaaaaang sekali, saya rasa akan lebih cepat bila kami berjalan kaki saja sampai ke bawah. Diiringi protes Banyu kami pun turun setengah berlari (karena curam) sekitar 40 menit sampai ke kaki gunung. Di tengah perjalanan kami melihat beberapa pohon tumbang dan dahan-dahan patah yang diakibatkan angin besar beberapa hari sebelumnya. Pohon yang tumbang menimpa kabel listrik menyebabkan lampu jalan mati dan kami harus berjalan dalam gelap (akhir musim gugur jam 4 sore relatif sudah gelap disini) sekitar sisa seperempat perjalanan terakhir. Sesampai di bawah Banyu dan Wisang sibuk menagih es krim yang sudah saya janjikan sebagai imbalan karena mau berjalan selama 40 menit tanpa rewel hiiii.... dingin-dingin kok ya pengen es krim sih anak-anak ini, heraaaan banget deh, heheheh.... Sementara mereka makan es krim saya sempat membeli oleh-oleh dari salah satu toko souvenir yang ada di sana. Seorang nenek pemilik toko itu yang melihat Wisang dan Banyu menyusul saya dengan ramahnya memanggil mereka berdua dan memberikan bonus 2 buah gantungan kunci kepada mereka. Aah... ternyata masih banyak orang baik di sini, saya sampai terharu. Hehehhee....

Tutup got bergambar daun pohon maple (momiji)

Deretan toko oleh-oleh








1 comment: